Layout Media Pembelajaran Bahasa Inggris

Penulis : Fovi Sriyuliawati, Dosen Perserikatan Islam Al Ihya Kuningan

Pendahuluan

Di era teknologi yang lampau di dewakan sekarang ini mempunyai pengaruh yang besar dan saling berhubungan dekat dengan dunia pendidikan. Di hari ini, teknologi mengelilingi umat makhluk. Khususnya plong generasi taruna nan bersemi dan hidup dengan teknologi, seolah kita tidak bisa lepas darinya. Salah satunya ialah teknologi komputer jinjing telah merubah pendirian kita n domestik mendapatkan informasi dengan suntuk cepat dan mudah, dan berkomunikasi dengan basyar-orang di seluruh manjapada. Karena alasan inilah, sekolah dan institusi pendidikan harus memaksakan diri untuk lebih waspada tentang teknologi, dan para suhu, instruktur di sekolah-sekolah dan institusi wajib bagi meningkatkan laporan dan keahlian tentang teknologi untuk menyeret perhatian dan minat petatar dalam penerimaan. Guru-guru lega saat ini memperalat teknologi untuk meningkatkan dan memperkaya pemahaman akan halnya konten penelaahan (Hicks, Reid, & George, 2001).

Eksplorasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa mendapatkan keefektifan teknologi dengan menonton bioskop berbahasa Inggris untuk membantu penerimaan mereka. Selain itu bioskop juga dapat menjadi perlengkapan tolong pedagogik dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Di ambil dari Singhal (1997), teknologi memiliki hubungan yang efektif dengan pembelajaran Bahasa Inggris. Menggunakan banyak jenis teknologi di kelas bawah Bahasa Inggris bak perawi kedua memasrahkan kemerdekaan, motivasi, dan membantu kebutuhan mereka internal proses penataran (Genc – Ilter, 2009), juga menciptakan menjadikan pembelajaran semakin efisien (Akyol, 2010).

Pentingnya Penggunaan Film intern pengajian pengkajian Bahasa Inggris

Media adalah alat nan dapat digunakan untuk mengutarakan pesan berbunga pengirim ke penerima. Yang diharapkan bisa menggandeng manah dan minat pelajar sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi. Fleming (1987:234) menyatakan media berfungsi buat mengeset hubungan yang efektif antara dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran. Hainich dan konsorsium-perkongsian (1982) menganjurkan istilah media sebagai perantara nan mengantar mualamat antara sendang dan penerima. Sehingga bioskop juga bisa dijadikan sebagai media calo intern menyampaikan pesan bermula pengirim kepada penerima. Film sebagai bagian berpunca literasi optis dan sinema menjadi sumber hiburan nan sangat menyenangkan dan pemerolehan Bahasa (Chan & Herrero, 2010, p.6).

Chan & Herrero (2010), menyatakan bahwa, penggunaan film lakukan inferior bahasa Inggris lakukan penutur kedua ataupun pada aktifitas luar sekolah boleh menyorong lecut siswa, karena komponen yang ceria, dan film yang dilakukan sesuai peristiwa dapat mendukung siswa buat menggunakan dilingkungan sekitar sebagai aktifitas pembelajaran, seiring dengan meningkatkan partisipasi dan interaksi antar pesuluh. Banyak peneliti sudah mengungkapkan bahwa pendayagunaan film di kelas Bahasa Inggris andai penutur kedua dapat menjadi kejadian nan sangat penting di bagian pembelajaran. Faktanya gambar hidup dapat memaparkan “bahasa sebenarnya” yang digunakan puas penganturan otentik dan kontek budaya nan boleh menarik pelajar bakal belajar.

Menonton film kembali dapat menjembatani kemampuan keterampilan berbahasa dan tujuan berbahasa yang boleh menstimulasi empat kriteria kemampuan pembelajaran Bahasa, ialah, mendengarkan, mengaji, bersuara, dan menggambar. Ketika film menggunakaan subtitle dapat takhlik siswa lebih berinteraksi dengan bioskop tersebut. Karena mereka dapat mendaras teks sederum selain melihat dan mendengarkan, maka mereka dapat mengarifi dan fertil takhlik terjemahan sendiri dari perigi Bahasa dan tujuan berpokok Bahasa tersebut.

Kesannya, guru-guru beriman bahwa penggunaan film sreg kelas Bahasa Inggris bagaikan perawi kedua produktif meningkatkan interaksi antar peserta; pesuluh juga dapat meningkatkan kemampuan bersuara dan mendengarkan. Para pelajar pun percaya bahwa penggunaan gambar hidup di inferior memberikan banyak pengalaman bau kencur, mereka makin tertarik bakal mengikuti kelas sampai akhir karena mereka bisa mematamatai secara berbarengan kehidupan yang dijalani daripada harus mengikuti dan membacanya dalam daya, dan juga dapat menerimakan situasi nan santai (Ismaili, 2022). Proses penataran menggunakan film seperti istilah “sambil menyelam minum air”, karena siswa dalam suatu waktu mendapatakan lebih dari suatu aspek keahlian berbahasa, sebagaimana, mendengarkan, membaca, dan menggambar, bahkan berfirman. Lega awalnya, akan banyak pernyataan yang benar yang akan dipelajari, tetapi lega drilling proses siswa dapat mempelajari pernyataan tersebut dan merangkumnya seorang. Ketika menonton komidi gambar berbahasa Inggris, siswa akan bertambah familiar dengan kosakata informal dan slangs dimana mereka tidak dapatkan dari kamus manapun (Sxynalski, n.d). Kosakata adalah pilar dalam pembelajaran Bahasa Inggris, minus glosari yang memadai siswa dapat menghadapi banyak masalah ketika mengunakan catur keahlian beradat yakni, membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Biasanya siswa juga menyatakan bahwa mereka boleh mempelajari 3 sampai 5 kata-prolog hijau saat mereka menonton film di kelas, karena banyaknya pengulangan pembukaan nan digunakan lega film tersebut. Film memberikan murid pemahaman Bahasa dengan kesempatan cak bagi mematamatai komunikasi sosial dinamis sebagai native speakers dalam berinteraksi di situasi konkret (Ismaili, 2022, p. 122).

Kesimpulan

Pemakaian film dalam penataran di papan bawah di era teknologi maju ini menjadi terlampau terdepan dalam proses tujuan pembelajaran Bahasa Inggris sebagai pencerita kedua. Dengan meningkatnya teknologi yang semakin usil, pengusahaan film menjadi bagian yang tidak bisa dihindari n domestik proses pengajian pengkajian. Sehingga film bisa berguna intern memberikan materi teori dan praktek secara bersamaan dalam mempelajari Bahasa Inggris. Para suhu umpama insruktur harus memotivasi dan mendorong pelajar mereka bagi menggunakan film cak bagi meningkatkan tingkat kemampuan berbahasa. Dengan pemilihan komidi gambar yang tepat sesuai dengan kriteria usia murid (sebagai penonton) sehingga diharapkan boleh banyak membantu para guru n domestik memberikan materi Bahasa Inggris dengan metode yang tidak ki boyak.

Wacana
Chan, D., & Herrero, C. (2011). Using film to teach languages: a teachers’ toolkit for educators wanting to teach languages using bioskop in the classroom, with particular focus on Arabic, mandarin, Italian and Urdu.
Four Skills in English Language. (2013, June 28). Retrieved from https://rahelcynthia.wordpress.com/2013/06/28/four-skills-in-the-english-language/
Genc Ilter, b. (2009). Effect of technology on Motivation in EFL Classrooms. Online Submission.
Hicks, M., Reid, I., & George, R. (2001). Enhancing online teaching: Designing responsive learning environtments. The International Journal for Academic Development, 6 (2), 143-151.
Ismaili, M. (2013). The effectiveness of using movies in the EFL classroom-a study conducted at South east European University. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, 2(4), 121.
Kasapoglu-Akyol, P. (2010). Using educational technology tools to improve language and communications skills of ESL students. Novitas-Royal (Research on Youth and Language), 4(2), 225-241.
Singhal, M. (1997). The internet and foreign language education: Benefits and challenges. The Internet TESL Journal, 3(6).
Szynalski, T. P. (n.d). Watching movies in English. Retrieved (January, 27) from http://www.antimoon.com/how/movies.htm
Xhemaili, M. (2013). The Advantages of Using Films to Enhance Student’s reading Skills in the EFL Classroom. Journal of Education and Practice, 4(13), 62-66.

Source: https://aboutcirebon.id/film-sebagai-media-pembelajaran-bahasa-inggris/