Metode Belajar Bahasa Inggris Secara Online Yang Efektif
Sejumlah karya seni bermula berbagai penjuru Indonesia: (1) Tiras Pelepai, Lampung, (2) Mahkota Wutulai, Maluku Tenggara, (3) Arca Pradnyaparamita peninggalan Singasari, (4) Lukisan
Boma dan Kesna, Bali, (5)
Berburu Rusa
maka dari itu Raden Saleh, dan (6) Ukiran kayu Asmat.
Seni
adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat berpangkal segi kehalusannya, keindahannya, fungsinya, bentuknya, makna dari bentuknya, dan sebagainya), sama dengan tari, lukisan, ukiran.[1]
Seni menghampari banyak kegiatan manusia dalam menciptakan karya visual, audio, atau tontonan yang menyingkapkan imajinasi, gagasan, atau keprigelan teknik pembuatnya, bagi dihargai keindahannya atau kekuatan emosinya.[2]
[3]
Kegiatan-kegiatan tersebut lega umumnya berupa invensi karya seni, kritik seni, kajian sejarah seni dan estetika seni.
Peristilahan
[sunting
|
sunting sumber]
Signifikansi seni privat bahasa Indonesia memiliki riwayat peristilahannya sendiri yang tidak sederhana, baik dipandang dari segi terminologis maupun etimologisnya. Kejadian ini mulanya disebabkan maka itu ketiadaan padanan istilah yang pas dalam bahasa Indonesia/Jawi bagi konsep
art
dalam bahasa Inggris atau
kunst
dalam bahasa Belanda.
Asal kata
[sunting
|
sunting mata air]
Terdapat sejumlah teori yang beredar mengenai asal mula kata
seni, di antaranya adalah:
- Kata
seni
bermula bahasa Melayu Riau (Wai Rokan)
sonik
yang berpangkal berusul pengenalan ‘so’ atau ‘se’ artinya adalah ‘suatu’, berasal dari bahasa Sanskerta ‘swa’ (satu), nan digabung dengan kata ‘nik’ yang artinya sesuatu yang suntuk kecil atau halus. Kata
sonik/sonit/seni
berarti suatu yang renik bentuk rupa maupun sifatnya.[4] - Perkenalan awal
seni
dari bahasa Sansekerta
indah
yang artinya persembahan, pelayanan dan belas kasih yang tulus.[5] - Prolog
seni
bersumber bahasa Belanda
genie
yang artinya kemampuan asing stereotip yang dibawa sejak lahir,[5]
sebagaimana makna ketiga kata seni internal KBBI nan berarti genius.[1]
Walaupun demikian, prolog seni (bahasa Inggris:
art) ditengarai ialah neologisme yang memanfaatkan kata seni (dalam artian kerdil) yang telah ada n domestik bahasa Melayu umum. Teori-teori di atas kemungkinan semata-mata rekapitulasi atau anggapan baru.
Sejarah dan polemik
[sunting
|
sunting perigi]
Terwalak persoalan alih bahasa ketika bahasa Indonesia terpapar konsep-konsep Barat, seperti apa yang kita sebut sekarang umpama seni, sungguhpun gejala kesenian sudah ada sebelumnya dan istilah padanannya dapat digali berbunga perbendaharaan kata lokal, sebagai halnya alas kata
kagunan
dalam bahasa Jawa dan
kabinangkitan
n domestik bahasa Sunda. Memadankan introduksi seni lakukan
art
maupun
kunst
sesungguhnya terdengar sangat ganjil karena hingga abad ke-19, kata seni doang sering digunakan pada konteks
kemih
yang merupakan penghalusan istilah bagi pipis.[6]
Sedangkan sempurna penggunaan prolog seni lakukan menyebut sesuatu kerdil/lembut pada konteks lainnya bukan banyak ditemukan.
Sebelum istilah seni populer seperti saat ini, istilah
kunst
dalam kamus Belanda-Melayu (Klinkert ataupun Mayer alias Badings yang terbit puas penghujung abad ke-19 atau permulaan abad ke-20) diterjemahkan menjadi
hikmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian
dan
ketukangan.[7]
Kamus Mahajana Bahasa Indonesia
(terbit mula-mula kali 1953) oleh Purwadarminta ditengarai yakni kamus nan merekam pembukaan seni dengan makna nan baru buat pertama kalinya. Meskipun Purwadarminta bukanlah yang purwa menggunakan istilah “seni” dan “seni rupa”, tetapi hal ini membentuk polemik di galengan artis karena seakan-akan menimbulkan ketimpangan kegemparan antara seni di Indonesia dan seni di Barat.[8]
[9]
Istilah “seni rupa”, “seni musik”, “seni teater”, “seni sastra” dll. Privat bahasa Indonesia ditengarai menunjuk-nunjukkan gejala adverbial. Gejala ini menunjukkan kata-kata penting (rupa, musik, tari, sastra) belaka sekadar pembukaan pemberitaan (tafsir) buat perkenalan awal seni. Keutamaan pada istilah-istilah itu terwalak puas kata “seni”-nya. Istilah “seni” sendiri dalam bahasa Indonesia tidak membawa sifat profan, sungguhpun merupakan nomina abstrak. Dengan demikian, semua ungkapan seni memiliki kursi seimbang. Seni menjadi istilah nan ‘terbuka’. Ungkapan seni lebih lagi bukan dibatasi pada seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater saja (dikenal menampilkan kata majemuk pribadi). Deretan istilah ini boleh diperpanjang dengan seni keris, seni menulis, seni ronggeng (dan sebagainya) yang dikenal sebagai kesenian di dunia tradisi. Maka, kata seni bukan memiliki rajah dan merupakan kondisi mental nan dapat aktual banyak hal selama punya gejala seni. Gejala tersebut menciptakan menjadikan signifikasi seni dalam bahasa Indonesia lebih dekat kepada estetika.[9]
[10]
Oleh karenanya, terdapat banyak kesulitan n domestik menyesuaikan perkembangan wacana seni di Indonesia dan Barat, misalkan seni tari jika diterjemahkan secara harfiah menjadi
dance art
mungkin tidak masuk akal busuk bakal pengguna bahasa Inggris, juga seperti seni ukir, seni musik, dsj. Bahasa Inggris dan sejumlah bahasa lain juga memperlainkan antara istilah
art
(untuk konsep seni secara masyarakat) dan (the) arts
(bidang-bidang berharta kesenian).
Neologisme
[sunting
|
sunting sendang]
Istilah
seni
kemungkinan segara ditemukan—atau lebih tepatnya dimaknai ulang—oleh S. Sudjojono melangkaui Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang kala itu sangat giat mencari padanan istilah berajar Indonesia. Istilah hijau nan pula diperkenalkan antara enggak seni lukis, lukisan, pelukis, lukisan kampas (kanvas), pematung, seni rupa, cukilan, alam benda, potret diri, watak, sanggar, sketsa, etsa, artis, bugil dan enggak-lain. Temporer itu, istilah seniman (untuk menjuluki pelaku seni) muncul sreg intiha 1930-an di dalam tulisan-tulisan S. Sudjojono mengenai seni lukis Indonesia. S. Sudjojono mengakui bahwa istilah ”seniman” ini pertama siapa diusulkan makanya Burik Mangunsarkoro—mantan Menteri Pendidikan dan Kultur RI.[11]
[12]
Tulisan-coretan S.Sudjojono juga membantu istilah-istilah tersebut semakin populer, khususnya taktik
Seni lukis, kesenian, dan seniman
yang berasal purwa kali 1946.
Sejarah
[sunting
|
sunting sumber]
Cetakan tangan di Gorong-gorong Pettakere di Situs Prasejarah Leang-Leang, Maros. Setidaknya diperkirakan berusia 39.900 tahun.
Rencana kesenian tertua yang ditemukan merupakan seni rupa, yang meliputi penciptaan gambar ataupun benda yang masa ini digolongkan menjadi lukisan, reca, cetakan, fotografi dan media rupa lainnya.[13]
Gambar seni sama dengan patung, lukisan gua, lukisan bencana, dan petroglif dari zaman Paleolitikum Akhir mutakadim suka-suka sejak mulai sejak 40.000 perian yang terlampau. Lukisan gua di Sulawesi disebut sebagai keseleo satu artefak seni tertua di manjapada.[14]
Akan namun, makna sebenarnya dari seni tersebut masih kerumahtanggaan perdebatan karena kurangnya takrif tentang kebudayaan yang menghasilkannya. Di terowongan Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur, para arkeolog menemukan rancangan serupa binatang sapi yang ditegaskan sebagai karya seni simbolis tertua di dunia, diperkirakan berasal dari 40 mili hingga 52 ribu periode lalu (musim Paleolitik Atas dan intiha zaman es), kian tua 5000 tahun dari penciptaan sebelumnya di Sulawesi.[15]
Benda seni yang disebut tertua lainnya berasal dari gua di Afrika Selatan, berumur 75.000 tahun, berbentuk perantaraan pak keong mungil-kerdil nan dilubangi.[16]
Wadah yang kemungkinan untuk palagan pencelup pula ditemukan dengan sukma 100.000 tahun. Cangkang kerang dengan goresan oleh
Homo erectus
yang ditemukan hari 2022 dipercaya semenjak dari 430.000 dan 540.000 tahun yang tinggal.[17]
Banyak tali peranti lautan n domestik seni memiliki akar dari salah satu kebudayaan ki akbar kuno, merupakan Mesir Bersejarah, Mesopotamia, Persia, India, Tiongkok, Yunani Kuno, Romawi, juga Inka, Maya dan Olmek. Tiap-tiap buku kultur awal ini mengembangkan gaya khas n domestik keseniannya. Dikarenakan ukuran dan usia peradaban-kebudayaan tersebut, terdapat bertambah banyak karya seni yang terselamatkan dan lebih banyak pengaruh yang disebarluaskan kepada budaya-budaya yang datang kemudian. Sebagian dari kultur tersebut sampai-sampai memiliki coretan terawal bagaimana seniman bekerja. Sebagai contoh, seni zaman Yunani melihat pemujaan bagan fisik orang dan pengembangan keterampilan yang berimbang bagi menunjukkan perimbangan otot, ketenangan, kecantikan, dan ilmu tasyrih yang tepat.[18]
Kerumahtanggaan seni kebudayaan Bizantium dan Abad Pertengahan Barat, banyak seni berfokus plong ekspresi subjek adapun budaya Bibel dan religiositas, dan menggunakan gaya nan menunjukkan kemuliaan yang lebih tinggi bikin dunia surgawi, sebagai halnya penggunaan emas pada latar belakang lukisan, ataupun kaca dalam mosaik atau tingkap, nan pula melayani figur-figur dalam kerangka yang komplet, berpola (melelapkan). Hanya demikian, tradisi realis klasik berseregang kerumahtanggaan karya-karya katai Bizantium, dan realisme terus bertaruk dalam seni Katolik Eropa.[19]
Seni Renaisans kemudian berkembang dengan kian mementingkan sreg penggambaran realistik marcapada bendawi, dan arena anak adam di dalamnya. Hal itu tercermin dari pengisahan bodi bodi manusia, dan jalan metode sistematis penggambaran jauh-intim dari sudut pandang grafis untuk mendapatkan kesan ruang tiga format.[20]
Plafon kubah Shah Cheragh, Iran, memperlihatkan sintesis pola geometris dan kaligrafi dalam arsitektur Timur Paruh.
Di Timur, penolakan seni Islami terhadap ikonografi mengakibatkan pementingan plong pola geometris, kaligrafi dan arsitektur.[21]
Di Timur jauh, agama sekali lagi memintasi tendensi dan rencana kesenian. India dan Tibet menunjuk-nunjukkan eksplorasi pada patung lukis dan tarian, sedangkan lukisan agamawi meminjam banyak aturan dari kesenian patung dan menghadap memiliki rona-warna terang yang kontras dengan penelitian pada garis-garis batasnya. Provisional itu, Cina menunjuk-nunjukkan banyak perkembangan bentuk seni: cukilan giok, kerajinan gangsa, cak keramik (terjadwal tentara terakota bermula Kekaisaran Qin[22]), syair, kaligrafi, musik, lukis, ketoprak, fiksi, dll. Tren seni Cina sangat beragam berasal zaman ke zaman dan masing-masingnya dinamai berdasarkan dinasti yang berwenang. Kaprikornus, seumpama komplet, lukisan-lukisan dinasti Tang mempunyai rona monokromatik dan renggang-renggang, menonjolkan beber yang kamil. Akan tetapi, lukisan-lukisan dinasti Ming berwarna-warni dan padat, dan berfokus untuk bercerita dengan pengaturan parasan dan komposisi.[23]
Jepang juga menamai gaya-kecondongan dalam kesenian mereka dengan dinasti kekaisaran juga, dan menampakkan banyak pelarutan antara gaya kaligrafi dan lukis. Cetak balok kayu menjadi terdahulu di Jepang sesudah abad ke-17.[24]
Abad Pencerahan di Barat pada abad ke-18 melihat penggambaran artistik berpokok ki perspektif kepastian fisik dan rasionalnya, serta visi politik revolusioner dari dunia selepasmonarki, seperti penggambaran Blake tentang Newton andai geometer ilahi,[25]
atau lukisan-lukisan aksi David. Hal ini menyebabkan pemberontakan Romantisisme demi rajah-tulang beragangan terbit sisi emosional dan individualitas manusianya, dicontohkan privat novel-novel Goethe. Kemudian penghujung abad ke-19 mengedepankan sejumlah aksi artistik, seperti seni akademik, simbolisme, impresionisme, dan fauvisme.[26]
[27]
Sejarah seni abad kedua puluh adalah narasi akan halnya kemungkinan yang tak terbatas dan pencarian patokan-standar baru, tiap-tiap gerakan ditumbangkan secara berurutan maka itu yang datang berikutnya. Dengan demikian, ukuran-ukuran impresionisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme, dll. tak dapat dipertahankan jauh melewati musim penemuan mereka. Meningkatnya keterhubungan global sepanjang masa ini memperlihatkan pengaruh yang setara berusul budaya bukan ke kerumahtanggaan kesenian Barat. Dengan demikian, tempaan balok kayu Jepang (dipengaruhi oleh kejurugambaran Renaisans Barat) mempunyai kekuasaan besar pada impresionisme dan jalan selanjutnya. Konseptual lainnya, patung-patung Afrika diambil maka dari itu Picasso dan sampai batas tertentu maka dari itu Matisse. Demikian pula, pada abad ke-19 dan ke-20, gagasan-gagasan Barat memiliki dampak osean sreg seni di Timur seperti komunisme dan pascamodernisme yang memberikan pengaruh kuat.[28]
Kegunaan
[sunting
|
sunting sendang]
Seni punya sejumlah besar fungsi yang farik sejauh sejarahnya, sehingga tujuannya sulit bagi diabstraksikan atau dikuantifikasi dengan konsep istimewa apa juga. Belaka hal ini tidak menyiratkan bahwa tujuan seni adalah sesuatu yang “remang”, melainkan bahwa seni tercipta dengan memiliki banyak alasan unik dan berbeda. Sejumlah kegunaan seni disediakan dalam garis besar berikut. Bermacam-macam tujuan seni dapat dikelompokkan sesuai dengan yang tidak termotivasi, dan yang termotivasi (Lévi-Strauss).[29]
Kegunaan tanpa dorongan
[sunting
|
sunting sumur]
Kegunaan seni tanpa galakan yakni tujuan yang tak terpisahkan dalam proses menjadi manusia, melangkaui diri pribadi, atau tidak menepati tujuan luar tertentu. Privat signifikansi ini, seni, sebagai buku cipta, yakni sesuatu nan harus dilakukan khalayak sesuai dengan kodratnya (yaitu, tidak ada keberagaman lain yang menciptakan seni), dan kesudahannya melintasi kegunaan praktis.
-
Irama visual n domestik motif balut Sumba,
hinggi,
kain buat laki-lakiInsting asal manusia bikin keselarasan, keadilan, dan irama.
Seni puas tingkat ini bukanlah tindakan alias objek, melainkan penghargaan dalam atas keseimbangan dan keselarasan (keindahan), dan karena itu yakni aspek manusia di luar kebergunaan. -
Pengalaman yang misterius.
Seni menyediakan pendirian untuk mengalami diri koteng dalam hubungannya dengan alam sepenuh. Pengalaman ini mungkin burung laut menclok tanpa dorongan tertentu, karena makhluk menghargai seni, musik, atau puisi. -
Idiom imajinasi.
Seni menyediakan media kerjakan mengungkapkan imajinasi dengan mandu non-penyelenggaraan bahasa yang tidak terikut pada ritual bahasa lisan alias tulisan. Tidak seperti mana introduksi-kata, yang datang dalam cumbu dan sendirisendiri mempunyai makna yang karuan, seni menyediakan berbagai lembaga, lambang, dan gagasan dengan makna yang lentur. -
Fungsi ritual dan asosiatif.
Dalam banyak budaya, seni digunakan intern upacara, pertunjukan dan joget sebagai hiasan atau lambang. Sementara hal tersebut gegares lain memiliki tujuan kegunaan tertentu (terdorong sesuatu), antropolog mengerti bahwa seni n domestik ritual sering digunakan pada tingkat makna intern budaya tertentu. Makna ini tidak dilengkapi oleh satu individu, doang acap kali adalah hasil dari banyak perubahan generasi, dan koalisi kosmologis dalam budaya.
Kegunaan dengan dorongan
[sunting
|
sunting perigi]
Kegunaan seni dengan dorongan mengacu pada tindakan yang disengaja dan siuman dari artis atau penciptanya. Kejadian ini mana tahu mengapalkan perubahan politik, bikin mengomentari suatu aspek dalam masyarakat, kerjakan mengemukakan emosi atau suasana lever tertentu, lakukan menunjukkan ilmu jiwa pribadi, buat mencitrakan kepatuhan tak, untuk (dengan seni komersial) menjual barang, ataupun sahaja sekadar bentuk komunikasi.
-
Komunikasi.
Seni, paling sederhana, adalah bentuk komunikasi. Karena sebagian besar kerangka komunikasi memiliki maksud maupun tujuan yang diarahkan kepada individu tak, ini adalah tujuan nan berdorongan. Kesenian ilustrasi, sebagaimana ilustrasi ilmiah, yaitu susuk seni sebagai komunikasi. Denah yaitu contoh lain. Cuma, isinya tidak terbiasa ilmiah. Emosi, suasana hati dan pikiran pun dapat dikomunikasikan melangkaui seni. -
Seni laksana hiburan.
Seni dapat menghadirkan emosi atau suasana hati tertentu, cak bagi intensi berayun-ayun kaki atau meredam emosi penonton. Ini sering ialah keefektifan terbit industri seni gambar berputar dan permainan video.[30] -
Seni bakal transisi politik.
Salah suatu fungsi seni awal abad ke-20 adalah menggunakan gambar-bentuk visual bakal menghasilkan pertukaran politik. Gerakan-gerakan seni yang memiliki tujuan ini—misalnya Dadaisme, Surealisme, konstruktivisme Rusia, dan Ekspresionisme Maya— secara kolektif disebut sebagai seni
avante-garde
atau garda depan. -
Seni misal “zona bebas”,
jauh dari persuasi kritik sosial. Farik dengan gerakan
avant-garde, nan ingin menyetip perbedaan budaya bagi menghasilkan nilai-nilai universal yang baru, seni kontemporer sudah lalu meningkatkan toleransi terhadap perbedaan budaya serta fungsi-fungsi peka dan membebaskannya (penelitian sosial, aktivisme, subversi, dekonstruksi … ), menjadi palagan yang makin ternganga untuk studi dan percobaan. -
Seni untuk riset sosial, subversi dan/alias anarki.
Tentatif mirip dengan seni untuk perubahan strategi, seni subversif ataupun dekonstruktivistik berupaya mempertanyakan aspek-aspek masyarakat tanpa maksud politik tertentu. Internal kejadian ini, kurnia seni barangkali sahaja bagi memperhatikan beberapa aspek masyarakat.Grafiti cat ki bentakan di dinding di Roma
Seni grafiti dan jenis seni jalanan lainnya merupakan grafis dan susuk yang dilukis dengan semprotan atau stensil sreg dinding, konstruksi, bus, kereta api, dan jembatan yang boleh dilihat secara publik, lazimnya tanpa ampunan. Bentuk seni tertentu, begitu juga grafiti, mungkin juga tergolong terlarang ketika diselesaikan dengan melanggar hukum (kerumahtanggaan hal ini vandalisme).
-
Seni untuk tujuan sosial.
Seni dapat digunakan lakukan meningkatkan kesadaran bikin bermacam ragam diversifikasi pamrih. Sejumlah kegiatan seni ditujukan bikin meningkatkan kesadaran autisme, puru ajal, perdagangan cucu adam, dan berbagai topik lainnya, seperti sebagai perlindungan lautan, hoki asasi manusia di Darfur, membantai dan kekeringan perempuan Aborigin, pelecehan yang lebih tua, dan pengotoran. Trashion, memperalat tempat sampah bagi membentuk mode, dipraktikkan oleh seniman seperti Marina DeBris yakni keseleo suatu contoh menggunakan seni lakukan meningkatkan kesadaran tentang kontaminasi. -
Seni untuk harapan kognitif dan pengobatan.
Seni pula digunakan oleh terapis seni, psikoterapis dan psikolog klinis sebagai terapi seni. Seri Rangka Diagnostik, misalnya, digunakan kerjakan menentukan keistimewaan kepribadian dan emosi pasien. Komoditas akhir bukanlah tujuan terdahulu dalam kasus ini, melainkan proses terapi, melalui tindakan berpunya. Karya seni nan dihasilkan juga boleh menawarkan wawasan adapun ki aib yang dialami oleh subjek dan boleh mensyurkan pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam rang penyembuhan kerohanian yang makin konvensional.[31] -
Seni kerjakan propaganda, atau komersialisme.
Seni buruk perut digunakan bak bentuk aksi, dan dengan demikian dapat digunakan buat secara renik mempengaruhi konsepsi maupun suasana hati nan populer. Dengan cara yang seimbang, seni yang mencoba cak memindahtangankan dagangan juga memengaruhi suasana hati dan emosi. Intern kedua kasus tersebut, tujuan seni di sini adalah bakal secara lumat memanipulasi pemirsa menjadi respons emosional atau psikologis tertentu terhadap gagasan atau mangsa tertentu.[32] -
Seni sebagai indikator kebugaran.
Sudah lalu dikemukakan bahwa kemampuan penggerak anak adam jauh melebihi apa yang dibutuhkan bikin bertahan arwah di lingkungan leluhur. Salah satu penjelasan psikologi evolusioner lakukan ini ialah bahwa otak bani adam dan kebiasaan-sifat terkait (seperti kemampuan artistik dan kreativitas) adalah padanan anak adam untuk ekor zakar merak. Intensi dari ekor merak jantan yang luar konvensional adalah kerjakan menarik pikiran betina. Menurut teori ini, penggarapan seni yang unggul itu secara evolusioner penting karena bagi menyedot perhatian tampin.[33]
Keistimewaan seni nan dijelaskan di atas bukan saling berdiri sendiri-sendiri, karena banyak bersumber mereka mungkin tumpang tindih. Misalnya, seni bakal pamrih hiburan juga dapat berupaya buat lego suatu barang, merupakan film ataupun permainan video.
Kendaraan dan bulan-bulanan
[sunting
|
sunting sumur]
Dalam sejarah umat bani adam, seni telah diungkapkan melangkahi alat angkut dan incaran yang beragam, start bermula arang, kapur, batu, kayu, pencelup setakat teknologi terkini seperti media digital. Seniman-artis purbakala memanfaatkan objek-objek sederhana seperti benak, kayu dan rayuan kerjakan menciptakan suatu gambar atau bagan. Lambat laun, alat angkut seni mengesot menjadi tanah pekat yang dibentuk dan dibakar, kemudian menemukan teknik penempaan dan pengecoran bikin menciptakan perlengkapan-perkakas berbahan logam. Di sisi enggak, para pelukis menjelajah mileu sekitarnya buat menemukan bahan-bahan berpigmen, seperti kapur, arang, beri-berian, krustasea dan mineral tertentu yang disarikan dari tanah. Pewarna tempera yang terbuat bersumber telur adalah bahan yang terkenal hingga abad ke-15 sebelum hasilnya tergantantikan oleh cat minyak. Cat minyak dan cat air menguasai bentang seni lukis hingga 1940-an tatkala cat akrilik ditemukan. Lega abad ke-20, artis kemudian mencoba menggabungkan berbagai media, alat dan sasaran cak bagi menciptakan karya seni nan menantang konsepsi sosok tentang dunianya dan estetika seni.[34]
Susuk
[sunting
|
sunting sumber]
Batik yakni ungkapan seni yang paling gegas. Sebelum Renaisans, menulis tidaklah dianggap umpama sebentuk seni, melainkan hanya sebatas tahap langkah berbunga penciptaan karya seni yang sesungguhnya. Cennino Cennini, misalnya, melihat kegiatan menggambar andai “pelengkung kemenangan” memfokus lukisan. Seniman yang perbuatan baik memanfaatkan kegiatan menulis bagaikan media ekspose independen adalah Leonardo da Vinci dan Michaelangelo.[34]
Metalpoin dan kapur di atas daluang. Kerangka-tuntunan kepala maka dari itu Leornardo da Vinci.
Sejumlah target untuk menggambar yang dikenali kerumahtanggaan sejarah yakni:
-
Arang.
Arang ialah keseleo satu bahan tertua yang dikenali intern marcapada seni dan masih jamak digunakan sebatas saat ini. Arang lakukan penggunaan seni lazimnya dipakai pelukis untuk melukis paparan dasar lukisan mereka. Hal ini dipilih karena goresan arang mudah ditimpa dengan cat tanpa mempengaruhi mutu warna cat di atasnya. Seniman Dylan Eakin menggunakan arang untuk memperhalus hasil lukisannya.[35] -
Kapur.
Kapur asli mulanya digunakan untuk menambahkan sorotan pada sarana gambar lain dan sangat mangkus seandainya diterapkan pada kertas berwarna. Pigmen seperti besi oksida dimasukkan ke n domestik kapur buat menghasilkan ciri khas lukisan-lukisan Abas Renaisans yang menggunakan kapur abang. Masa ini kapur mutakadim diproduksi dalam pancawarna yang lengkap. Kapur putih pun merupakan bahan yang digunakan dalam teknik Gouache.[36]
Teknik Gouache yaitu seni lukis hasil perpaduan antara cat air dan akrilik.[37] - Pastel. Pastel terbuat berbunga campuran gum alami dan bubuk pigmen. Bahan ini populer pada abad ke-18 di gudi seniman potret. Pastel renik dapat menghasilkan lukisan dengan pembauran warna yang halus dan cerah. Darurat itu, pastel keras kian cocok digunakan untuk menggambar. Beberapa jenis pastel diantaranya adalah pastel tandus, pastel minyak atau lilin.[38]
-
Pena dan mangsi. Pena gelojoh digunakan misal pengganti kuas nan berpunya menggariskan garis dengan baik. Keutamaan dari sotong di atas kertas kering adalah kemampuannya kerjakan menghasilkan garis secara tepat dan permanen. Dalam sejarahnya, tinta dibuat pecah bermacam rupa bahan, seperti mana karbon, serangga, comek setakat krustasea. Tinta yang larut intern air berorientasi makin mudah awawarna dibandingkan dengan tinta yang kedap air. beberapa jenis pulpen nan biasa digunakan n domestik seni merupakan
felt-tip pen,
marker pen, dan rollerball pen.[39] - Pensil. Bagian hitam terbit potlot sesungguhnya terbuat berasal sebentuk karbonium bernama grafit. Pada abad ke-16 dan 17, suatu-satunya makdan padatan grafit doang berada di kawasan Borrowdale, Tasik District, Britania Raya. Barulah pada penghujung abad ke-18, bani adam Perancis mulai mewujudkan pensil yang kita kenal hari ini dengan sebaur grafit nirbentuk bertekstur gembur dengan tanah liat. Sekarang, istilah pensil melingkupi beberapa material sekaligus, tercantum yang terbuat terbit pampatan arang, kapur, atau lilin yang dapat dibungkus dengan lapisan papan sehingga terlihat sebagai halnya pensil pada galibnya.
Lukis
[sunting
|
sunting sumber]
Semua cat membutuhkan bahan talang yang bisa menyambung pigmen secara lestari sehingga dapat diterapkan pada pelbagai bidang lukis, seperti tembok, kusen, kulit, plano, atau kanvas. Bentuk cat awal dibuat dengan mengikat pigmen menggunakan semacam lem berbasis air yang dibuat dari kulit satwa. Bahan pialang lainnya nan mungkin sekali lagi digunakan meliputi kejai dan resin yang diambil berpangkal pepohonan, asfar dan albumen, ataupun malam. Berpokok abad ke-15 sampai 20, sasaran talang cat utamanya dibuat dari minyak nabati, khususnya minyak angka flaks.[34]
- Enkaustik. Lukisan enkaustik maupun lukisan lilin panas adalah wahana yang tahan lama dan pelecok satu teknik terdepan di Manjapada Kuno, digunakan oleh cucu adam-turunan Mesir, Yunani dan Romawi lakukan melukis pada panel dan tembok. Alas kata enkaustik semenjak pecah bahasa Yunani nan artinya “dibakar”. Seniman akan melukis menunggangi kuas dan sudip ke parasan lukis. Setelah gambar selesai, seniman akan menyalakan obor dan menghangatkan ulang lilin supaya mengangop ke bidang gambar.
-
Tempera. Tempera atau tempera telur yakni sarana lukis yang memanfaatkan telur kocok laksana cat. Pengusahaan fusi safi telur dengan pencelup disebut sebagai
clarum
maupun
glair, terkenal di galengan perupa iluminasi naskah abad pertengahan. Di sisi tak, para pelukis memanfaatkan campuran kuning telur dengan pewarna dan disebut bak tempera telur. - Fresko. Fresko diambil dari bahasa Italia yang artinya afiat. Fresko adalah metode lukis yang menerapkan sintesis pigmen dan air serentak pada lapisan kapur-plester dinding nan baru doang dilapiskan. Cair cat kemudian diserap sepuhan plaster. Ketika mengering, pigmen telah menyatu dengan dinding tersebut. Fresko mutakadim dikenal intern kebudayaan Minoa, Yunani Kuno dan Romawi jauh sebelum digunakan oleh Michaelangelo dan pelukis-pelukis lain semasa Renaisans.
- Cat petro. Minyak nabati—utamanya bermula kenari, popi atau flaks—sudah lalu digunakan andai target lukis sekian musim sebelum Renaisans, tetapi lebih banyak digunakan di Eropa bagian utara ketimbang di Italia. Yaitu Jan Van Eyck, seorang perupa Flandria yang perigel, yang berhasil meyakinkan sosok-orang Venesia dan kemudian hamba allah-orang Italia dan Eropa pada umumnya untuk beralih ke cat petro bikin lukisan kanvas, khususnya lukisan potret, sreg permulaan abad ke-15. Logo dari pengusahaan pencelup petro terletak pada kekuatan dan keluwesannya.
- Cat air. Pewarna air atau akuarel adalah wahana lukis yang menggunakan pigmen dan pelarut air. Warna-rona nan dihasilkan pewarna air berperilaku semerawang sehingga membutuhkan permukaan yang terang untuk menciptakan kesan berpendar, sama dengan kertas murni. Kepakaran khusus dalam memanfaatkan cat air berkembang pesat lega abad ke-18 dan 19 di Britania Raya, terkhusus karya-kaya J. M. W. Turner. Sempurna pelukis yang bertambah baru melingkupi Emil Nolde dan Paul Klee yang berhasil mengefektifkan kebiasaan kemilau dan kehalusan dari cat air.
-
Gouache
.
Gouache
adalah sejenis pewarna air yang dicampur dengan bahan putih, seperti kapur, kerjakan menciptakan warna-warna nan rencana (tidak tembus cahaya). Oleh karena itu, gouache makin sekata untuk lukisan berkelebek atau menciptakan lukisan-lukisan yang memiliki rancangan tegas dan berwarna menjemukan. - Cat akrilik. Cat akrilik merupakan pencelup yang dibuat dari pigmen bercampur emulsi polimer akrilik. Akrilik dikembangkan plong tahun 1940-an dan dimanfaatkan oleh banyak seniman modern atas kelancaran keringnya dan ketahanannya. Keunggulan cat akrilik adalah sifatnya yang larut intern air ketika basah, saja cepat kering pada permukaan yang resistan lama. Cat air dapat digunakan lega penerapan transparan selayaknya cat air alias penerapan impasto yang tebal selayaknya cat petro. Pelopor penggunaan sarana ini di antaranya meliputi artis mural ternama berkebangsaan Meksiko Orozco dan Siqueros.
-
Karya Juan Gris
Le Petit Déjeuner
“Sarapan” nan memanfaat irisan koran.Kolase. Kolase adalah gabungan mangsa-bahan—cetak, kejai, bahkan benda padat—yang dipasang pada suatu permukaan untuk menciptakan sebuah susunan. Praktikus kolase awal adalah Picasso dan Braque yang caruk kali menempelkan potongan-potongan jeluang koran dan benda lainnya pada lukisan kubisme mereka. Seniman Jerman Kurt Schwitters melakukan banyak hal bakal mengembangkan penggunaan kolase dengan memasukkan karcis bus dan malah sampah jalanan pada susunan puitisnya. Tokoh penting lainnya yaitu Max Ernst dan Joseph Cornell nan memperluas signifikasi kolase hingga pada tulang beragangan kotak trimatra. Beberapa teknik yang masih bertalian dengan kolase, merupakan di antaranya dekupase dan dekolase.
Cetak
[sunting
|
sunting sumur]
Gambar paling kuno dari pembuatan kriya cetak memanfaatkan teknik cetak tinggi, di mana gambar tercipta berusul menempelkan plano sreg distrik yang keluih yang sebelumnya mutakadim dilapisi tinta, contohnya seperti sreg cukil gawang. Sementara itu internal teknik intaglio, seperti gravir dan etsa, tinta mengisi negeri yang turun pada gawang cetak yang kemudian akan menempel pada kertas. Teknik cetak lainnya yakni cetak saring dan cetak membosankan, teknik cetak yang menggunakan parasan datar, begitu juga pada teknik cetak bencana.[34]
- Kutip kayu. Ketika teknologi percetakan tersebar dari Jerman ke seluruh Eropa plong penghujung abad ke-15, cukil tiang juga turut tenar dan digunakan secara luas. Bagi membuat tatahan kusen diperlukan alat pencukil berbentuk V yang mampu menghibur kawasan negatif puas sebuah desain, membentuk kewedanan positif kian tangga nan siap bagi dilapisi dawat. Pelecok satu seniman nukil kusen paling berkarisma yaitu Albrecht Dürer. Pada abad ke-18 dan 19, seniman-seniman Jepang menyempurnakan teknik cukil kayu multiwarna yang memanfaatkan percetakan berlapis dengan lapisan terakhir berupa guratan garis rancangan bercelup hitam.
-
Gravir
dan etsa. Gravir dan etsa adalah teknik cetak n domestik yang memungkinkan mencetak garis yang bertambah halus, yang tidak bisa dilakukan dengan teknik cukil gawang. Pada proses gravir, gawai berbentuk berlian bernama burin digunakan bakal menoreh permukaan gawang kusen seperti kayu
buxus
atau gawang berbahan logam lunak seperti lembaran tembaga. Berbeda dengan gravir, etsa melibatkan proses kimiawi dalam pembuatannya. Lempengan tembaga tadinya dilapisi lilin tipis, yang disebut dasaran etsa, yang akan bersikukuh ketika direaksikan bersama cemberut. Dasaran ini kemudian digores menunggangi pen/jarum ukir kerjakan menghasilkan gambar. Cairan asam kemudian digunakan cak bagi kerik garis-garis yang bukan terlindungi lilin. - Litografi. Litografi adalah keseleo satu teknik cetak melelapkan yang memanfaatkan anak kunci dorong antara air dan minyak. Proses ini ditemukan maka dari itu Aloys Senefelder, seorang dramawan Bavaria, pada tahun 1798.
- Cetak renceng. Cetak saring maupun secara tradisional dikenal dengan istilah cetak langkai rayon (silkscreen printing) atau serigrafi adalah teknik cetak yang dikembangkan dari cetak stensil. Teknik ini utamanya digunakan kerjakan keperluan percetakan tekstil niaga. Pada tahun 1930-an, teknik cetak ini banyak digunakan khususnya di Amerika Maskapai untuk menghasilkan iklan cetak, seperti plakat, selebaran dll.
Reca
[sunting
|
sunting sumur]
Menciptakan patung yaitu bentuk ungkapan seni pertama dan paling mudah ditemukan dalam berbagai macam kebudayaan. Patung-patung paling kecil purba ditengarai diciptakan dengan mengubah bentuk satu benda yang ditemukan menjadi sebentuk manusia alias hewan. Seiring dengan perkembangan teknologi, para seniman berangkat menjelajah berbagai kemungkinan privat menciptakan patung, tiba dari menatah tulang-belulang, kayu, dan batu, sampai menciptakan gerabah dan menemukan teknik pengecoran logam. Farik dengan patung-patung Romawi dan Yunani yang masyhur dalam hal yang telah luntur, patung-patung Klasik senyatanya jarang dibuat sonder warna. Pematung mewarnai patungnya dengan pigmen dan gangguan penting cak bagi menghias ataupun meningkatkan realisme berasal karyanya.[34]
- Perunggu. Menciptakan patung dengan korban tin merupakan teknologi rumit nan dikembangkan secara mandiri di banyak kebudayaan, menginjak dari Amerika Kidul, Tiongkok hingga Afrika Barat. Pengecoran perunggu menyertakan proses pembuatan cetakan/substansi yang terbuat dari lahan liat, plester atau lilin.
-
Papan. Memahat/mencukil kayu ditemukan di seluruh kebudayaan di mayapada. Akan tetapi warisan berbahan kayu tidak banyak nan bertahan hingga zaman modern karena kelemahannya terhadap fermentasi, kebinasaan akibat serangga atau kebakaran. Mencukil tiang membutuhkan kemampuan membaca galur tiang. Karya ukiran kayu bisa riil reca ataupun figurin, cukilan laksana riasan, atau benda lain nan terbuat berasal kayu.
-
Bujukan. Publik prasejarah menciptakan menjadikan reca bencana mungil, seperti Venus berasal Willendorf, sebelum belajar membuat reca segara nan bisa berdiri. Budaya Yunani mempelajari cara membuat patung yang bisa berdiri sendiri dari budaya Mesir yang sebelumnya sudah mampu menciptakan patung-reca
kouros. Lambat laun mereka semakin meluaskan seni memahat alai-belai sampai setakat pada tingkatan faktualisme nan menakjubkan.
Kontemporer
[sunting
|
sunting perigi]
Banyak karya seni berbudaya bertujuan kerjakan mematahkan ekspektasi pemirsanya mengenai kesenian dan roh, berkali-kali dalam usia pasemon atau pastise. Demi mencari keaslian intern berkreasi, seniman-seniman kiwari mutakadim menjelajah beraneka rupa sarana dan alamat yang terbayangkan, mulai dari fotografi, papan neon, film hingga video.[34]
- Fotografi. Fotografi berangsur-angsur berkembang dari bentuk purbanya, kamera obscura. Semula fotografi dianggap misal putaran seni yang minus penting. Akan tetapi ada abad ke-20, berkat perkembangan fotografi jurnalistik dan fotografi bentang pandang, fotografi telah mendapatkan status nan lebih tinggi.
- Seni video. Seni video berkembang pecah sinema seni yang ditangkap memperalat format 16-mm dan 8-mm, khususnya karya bengkel seni The Factory milik Andy Warhol pada 1960-an. Penemuan teknologi video mendedahkan kesempatan baru untuk para artis dengan pemutaran instan dan pengeditan kerumahtanggaan pemotret.
-
Seni pertunjukan. Akar dari seni pertunjukan modern berasal dari pentas-pentas yang diselenggarakan kaum Dadais dan Surealis pada waktu 1920-an. Pada 1960-an dan 1970-an, seni pementasan lebih condong pada unjuk rasa strategis dalam bentuk
happening. Seni tontonan saat ini boleh berbentuk banyak ragam. - Seni bumi. Seni dunia adalah suatu persuasi seni yang timbul pada kisaran 1960-an dan 1970-an di Amerika Perseroan dan Inggris. Seniman menggunakan material bumi seperti tanah, pasir, dan godaan, untuk menciptakan karya seninya. Dalam kreasi karya seni bumi, fotografi menyandang peran terdepan karena menjadi satu-satunya sarana kerjakan mengawetkan seni dunia kerumahtanggaan bentuk visual sebelum karya tersebut berangsur-angsur hirap secara alami.
Keterjangkauan
[sunting
|
sunting sendang]
Berasal dahulu kala, karya-karya seni terbaik sengaja dihadirkan kerjakan menunjukkan kekayaan dan kekuasaan. Karya seni ini sering bisa jadi diciptakan dengan menggunakan bahan-bahan berskala ki akbar dan mahal. Banyak karya seni dipesan maka itu penguasa garis haluan atau gambar agama, dengan versinya yang kian sederhana kerjakan golongan papan atas dalam publik.[40]
Versailles: Louis Le Vau menyibakkan lapangan privat buat menciptakan kesan jalan masuk nan banglas,
cour d’honneur, yang kemudian ditiru di berbagai penjuru Eropa.
Biarpun demikian, terwalak banyak masa intern memori ketika seni bermutu tangga tersedia, dalam artian kepemilikan, bagi banyak kalangan dalam masyarakat, terutama dengan alat angkut berbahan murah seperti berselang -selang, nan bertahan di dalam tanah, dan media yang mudah kemungkus sama dengan kain dan kayu. Pada banyak kebudayaan nan berbeda-beda, keramik insan lugu Amerika ditemukan dalam banyak makam nan membuktikan bahwa benda begitu enggak terbatas pada golongan elit,[41]
meskipun bentuk karya seni lainnya mungkin terbatas pada kalangan tertentu. Manajemen cara pembuatan sebagaimana gemblengan memungkinkan produksi jumlah besar menjadi bertambah mudah dilakukan, dan peristiwa semacam itu digunakan bagi menyediakan cak keramik Romawi Kuno dan figurin Tanagra Yunani nan bermutu strata ke pasar yang luas. Segel silinder nan mempunyai fungsi praktis dan artistik, digunakan secara luas pada galengan yang kita sebut sebagai papan bawah menengah di Timur Dekat Kuno.[42]
Momen uang metal telah dipergunakan secara luas, hal ini pun penting bahwa uang lelah logam sudah menjadi sebentuk seni nan telah menjangkau mahajana nan paling luas.[43]
Inovasi utama lainnya terjadi puas abad ke-15 di Eropa, ketika karya seni cetak mulai dibuat dari cukilan kayu mungil yang kebanyakan bertema keagamaan. Hasil seni cetak ini berkali-kali berdosis habis kecil dan diwarnai secara manual, dan bahkan terjangkau bakal galengan buruh berhuma. Mereka menempelkan seni cetak tersebut ke dinding flat mereka. Sementara itu, lega mulanya buku cetak semacam itu mahal, cuma harganya terus runtuh hingga abad ke-19 nan bahkan pematang berekonomi cacat bisa membeli ilustrasi cetak.[44]
Berbagai variasi hasil cetak tersohor sudah lalu mendandani rumah dan bekas-panggung lainnya selama berabad-abad.[45]
Pada tahun 1661, Ii kabupaten Basel di Swiss mengungkapkan museum seni untuk umum pertama di marcapada, ialah Museum Seni Rupa Basel. Saat ini, koleksinya mengarah luas dari permulaan abad ke-15 sampai karya seni kontemporer. Koleksinya yang beraneka perbuatan mewujudkan museum ini menjadi riuk satu museum seni terpenting di dunia. Sejumlah koleksinya meliputi lukisan dan gambar mulai sejak seniman-seniman negeri Rhein Atas antara musim 1400 dan 1600, serta juga karya seni dari abad ke-19 hingga 21.[46]
Gedung dan tugu publik, baik nan sekuler alias yang religius, secara alami menganggap keseluruhan publik dan pengunjung sebagai penonton, sehingga kenampakannya pada khalayak umum merupakan suatu faktor berarti dalam perancangannya. Kuil-kuil Mesir yang minimal lautan dan paling mewah lazimnya ditempatkan pada lokasi yang bisa dilihat oleh masyarakat masyarakat, bukan medan jadi-jadian yang tetapi boleh dilihat oleh galengan tertentu.[47]
Banyak wilayah kerumahtanggaan istana dan puri kerajaan atau apartemen kalangan elite bisa dikunjungi masyarakat masyarakat. Koleksi karya seni imperium atau kalangan elite juga dapat dilihat oleh semua orang, dengan atau tanpa biaya masuk. Sebagian juga n kepunyaan kode pakaian tertentu tanpa membeda-bedakan siapa mereka, sama dengan di Istana Versailles di mana aksesori apendiks yang sesuai (gesper sepatu perak dan pedang) bisa disewa berpunca toko di luar.[48]
Di Indonesia, batik merupakan contoh karya seni yang mulanya sedikit pada kalangan tertentu tetapi kemudian menjadi cawis lakukan mahajana luas. Batik awalnya sekadar diolah dengan tangan sehingga hanya tersedia kerumahtanggaan besaran yang kurang dan harganya tidak terjangkau. Sreg 1840-an, menulis dengan teknik keunggulan diperkenalkan dan berhasil mempercepat produksi batik. Selembar karet menulis tulis umumnya diselesaikan dalam waktu 2-3 bulan, sahaja dengan teknik cap dapat dikerjakan hanya privat 2-3 waktu doang.[49]
Sreg 1960-an, teknologi cetak bikin batik diperkenalkan. Sejak saat itu, harga kain batik menjadi jauh makin murah dari yang sebelumnya tergarap menggunakan tangan. Menggambar kembali rani diproduksi secara massal dalam waktu nan singkat. Oleh sebab itu, batik lantas bertelur menjangkau beragam sepuhan kerumahtanggaan masyarakat.[50]
Cabang-cabang seni
[sunting
|
sunting sumur]
Kebanyakan seni dibagi menjadi dua cabang besar, yakni seni ikhlas (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni rupa murni tidak memperhatikan molekul praktis. Karya seni rupa ceria adalah ungkapan daya cipta pembuatnya. Simpang-simpang seni rupa murni di antaranya adalah:[51]
- Seni Lukis
- Seni Grafis
- Seni Patung
- Seni Keramik
- Nada
Desain perabotan kursi di Museum Desain Copenhagen
Sedangkan, seni rupa terapan merupakan cabang seni yang memperhatikan nilai kepraktisan ataupun kegunaan berpunca karya seni.[52]
Seni rupa terapan sering kali disebut juga dengan desain. Ceranggah seni rupa terapan antara tidak adalah sebagai berikut:
- Desain Produk
- Desain Ilustratif atau Desain Komunikasi Optis
- Arsitektur
- Desain Interior
- Tata busana
- Kerajinan
- Desain pabrik
- Kaligrafi
- Desain otomotif
Perang pena
[sunting
|
sunting mata air]
Seni kerumahtanggaan perjalanan sejarahnya sering kali memanen kontroversi, yakni dalam bentuk tidak disukai oleh sejumlah pihak yang melihatnya karena berbagai alasan, meskipun sebagian besar kontroversi pra-bertamadun direkam secara problematis, maupun kadang-kadang hilang bersumber pengetahuan maju. Salah satu bentuk perseteruan dan penghancuran terhadap seni adalah ikonoklasme. Banyak hal yang dapat melatarbelakangi ikonoklasme, tertulis pelecok satunya adalah agama. Sementara itu, anikonisme adalah ketidaksukaan secara umum terhadap semua gambar figuratif, maupun sering barangkali cuma nan bersifat religius. Anikonisme bisa ditemui di banyak agama segara. Internal Seni Islam, pelukisan Muhammad dianggap bagaikan hal nan kontroversial. Sebagian karya seni lainnya tidak disukai semata-mata karena menggambarkan ataupun mengoper penguasa atau pihak nan bukan disegani ataupun menggambarkan kelompok tak. Kesepakatan tentang ponten-poin berseni acap kali bertabiat konservatif dan dianggap sangat khusyuk maka itu para kritikus seni, meskipun acap kali lain dipandang demikian maka itu masyarakat publik. Beban ilmu area seni dapat menimbulkan kontroversi, sebagaimana penggambaran baru
Bunda Maria Jatuh Pingsan
privat adegan Penyaliban Yesus.
Pengadilan Terakhir
makanya Michelangelo kembali dianggap polemis karena berbagai ragam alasan, tercatat pelanggaran kesopanan dalam bentuk ketelanjangan dan pose Kristus yang tertumbuk pandangan seperti mana Apollo.[53]
[54]
Lihat pula
[sunting
|
sunting sumur]
Wikimedia Commons memiliki ki alat adapun
Seni
.
- Estetika
- Musik
- Seni rupa
- Seni pertunjukan
- Seni tradisional
- Seni kontemporer
- Permainan video sebagai susuk seni
Bacaan
[sunting
|
sunting sumber]
-
^
a
b
“Hasil Penguberan – KBBI Daring”.
kbbi.kemdikbud.go.id
. Diakses tanggal
2018-10-29
.
-
^
“art | Definition of art in English by Oxford Dictionaries”.
Oxford Dictionaries | English. Diarsipkan semenjak versi tulus tanggal 2022-09-01. Diakses tanggal
2018-10-29
.
-
^
“Definition of ART”.
www.merriam-webster.com
(dalam bahasa Inggris). Diakses terlepas
2018-10-29
.
-
^
“Indonesian Art & Culture Community | Ada apa dengan istilah seniman?”.
indonesianartculture.org
. Diakses tanggal
2018-10-27
.
-
^
a
b
Yusa, I. Made Marthana (2016-03-31).
SINERGI SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI: Kerumahtanggaan PROSES BERKARYA KREATIF DI DUNIA TEKNOLOGI Kenyataan. Stimik Stikom Indonesia. ISBN 9786027066502.
-
^
Susanto, Sophia (April 2022)
The Problematic Rupture of ‘Gerakan Seni Rupa Mentah’: The Indonesian New Art Movement of the 1970s.
Hal. 22-23. http://archive.ivaa-online.org/files/uploads/texts/20120400%20The%20Problematic%20Rupture%20of%20GSRB.pdf -
^
Sudjoko dalam Sachari, Agus (1986)
Seni, Desain dan Teknologi.
Bandung: Penerbit Pustaka. Kejadian.75 -
^
World, Denny JA’s. “Denny JA’s World : Wawancara saya dengan saya – Jim Supangkat”.
Denny JA’s World. Diarsipkan dari versi tulen tanggal 2022-10-28. Diakses tanggal
2018-10-28
.
-
^
a
b
Supangkat, Jim (2006).
Pertautan silang budaya: seni serat Biranul Anas. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799100597.
-
^
“ideology”.
mbewthea.angelfire.com
. Diakses copot
2018-10-29
.
-
^
“Hyphen — » Seniman ataupun “seniman”? (11 September-2 Oktober 2022)”.
hyphen.web.id
. Diakses terlepas
2018-10-28
.
-
^
Sudjojono, S. (2017-06-12).
Cerita Adapun Saya dan Sosok-orang Sekitar Saya. Pustaka acuan Populer Gramedia. ISBN 9786024243074.
-
^
Matthew; Thierry Lenain; Hubert Locher (22 Juni 2022). Art History and Okuler Studies in Europe: Transnational Discourses and National Frameworks. BRILL. pp. 222–223. ISBN 978-90-04-21877-2. Diakses 23 June 2022. -
^
Cyranoski, David (2014-10-08). “World’s oldest art found in Indonesian cave”.
Nature
(n domestik bahasa Inggris). doi:10.1038/nature.2014.16100. ISSN 1476-4687.
-
^
“Susuk Satwa Tertua Dari 40 Ribu Tahun Lalu Ditemukan di Kalimantan – Nationalgeographic.grid.id”. 2022-11-08. Diakses terlepas
2018-11-09
.
-
^
Radford, Tim (2004-04-16). “World’s oldest jewellery found in cave”.
the Guardian
(privat bahasa Inggris). Diakses tanggal
2018-11-02
.
-
^
Brahic, Catherine. “Shell ‘art’ made 300,000 years before humans evolved”.
New Scientist
(internal bahasa Inggris). Diakses tanggal
2018-11-02
.
-
^
Gombrich, p.83, pp.75-115 pp.132-141, pp.147-155, p.163, p.627. -
^
Gombrich, pp.86-89, pp.135-141, p.143, p.179, p.185. -
^
Tom Nichols (1 Desember 2022).
Renaissance Art: A Beginner’s Guide. Oneworld Publications. ISBN 978-1-78074-178-9. -
^
Gombrich, kejadian. 127-128 -
^
Gombrich, peristiwa. 634-635 -
^
William Watson (1995). The Arts of China 900-1620. Yale University Press. ISBN 978-0-300-09835-8. -
^
Gombrich, hal.155, hal.530. -
^
Colin Moore (6 August 2010).
Propaganda Prints: A History of Art in the Service of Social and Political Change.
A&C Black. p. 76. ISBN 978-1-4081-0591-7. -
^
Gombrich, hal. 394-395, keadaan. 519-527, hal. 573-575. -
^
“The Age of Enlightenment An Anthology Prepared for the Enlightenment Book Club”
(PDF) [1]. peristiwa. 1–45. 26 Mei 2022. -
^
The New York Times Book Review. 1, 84. New York Times Company. 1979. situasi. 30. -
^
Schiuma, Giovanni (2011-05-19).
The Value of Arts for Business
(dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 9781139496650.
-
^
Resources, Management Association, Information (2014-06-30).
Digital Arts and Entertainment: Concepts, Methodologies, Tools, and Applications: Concepts, Methodologies, Tools, and Applications
(privat bahasa Inggris). IGI Global. ISBN 9781466661158.
-
^
Hogan, Susan (2001).
Healing Arts: The History of Art Therapy
(dalam bahasa Inggris). Jessica Kingsley Publishers. ISBN 9781853027994.
-
^
Barthes, Roland (1993).
Mythologies
(dalam bahasa Inggris). Vintage. ISBN 9780099972204.
-
^
Dutton, Denis. 2003. “Aesthetics and Evolutionary Psychology” n domestik
The Oxford Handbook for Aesthetics.
Oxford University Press. -
^
a
b
c
d
e
f
“Art | Oil Painting | Paintings”.
Scribd. Diarsipkan semenjak varian asli sungkap 2022-09-14. Diakses tanggal
2020-03-28
.
-
^
Liputan6.com (2019-10-10). “Seniman Ini Bikin Lukisan berbunga Arang, 6 Karyanya Menakjubkan”.
liputan6.com
. Diakses tanggal
2020-09-04
.
-
^
“Berbagai Jenis Teknik dan Gaya Lukisan serta Perbedaannya”.
Intensely News. 2022-02-05. Diakses tanggal
2020-09-04
.
-
^
Times, I. D. N.; Silawati, Dwi Ayu. “7 Tips Melukis dengan Media Pencelup Gouache untuk Pemula”.
IDN Times
. Diakses tanggal
2020-09-04
.
-
^
“Inilah Metode Melukis Dengan Pastel Warna | Superprof”.
www.superprof.co.id
. Diakses tanggal
2020-09-04
.
-
^
“Uang sogok Menggambar Dengan Menunggangi Pulpen | Superprof”.
www.superprof.co.id
. Diakses sungkap
2020-09-04
.
-
^
Gilbert, Kuhn pp. 161–165 -
^
“Ceramics of the Indigenous Peoples of South America: Studies of Production and Exchange using INAA”.
core.tdar.org
(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
28 May
2022.
-
^
Barbara Ann Kipfer (30 April 2000).
Encyclopedic Dictionary of Archaeology. Springer Science & Business Sarana. hlm. 264. ISBN 978-0-306-46158-3.
-
^
Ancient Coins as Works of Art. Museum Haaretz. 1960. Diakses tanggal
28 May
2022.
-
^
George Hugo Tucker (2000).
Forms of the “medieval” in the “Renaissance”: A Multidisciplinary Exploration of a Cultural Continuum. Rookwood Press. hlm. 148. ISBN 978-1-886365-20-9.
-
^
Antony Griffiths (1996).
Prints and Printmaking: An Introduction to the History and Techniques
. University of California Press. hlm. 149. ISBN 978-0-520-20714-1.
-
^
“Salinan piagam”. Diarsipkan semenjak varian tulen terlepas 2022-09-24. Diakses tanggal
2020-09-17
.
-
^
Győző Vörös (2007).
Egyptian Temple Architecture: 100 Years of Hungarian Excavations in Egypt, 1907–2007. American Univ in Cairo Press. hlm. 140. ISBN 978-963-662-084-4.
-
^
Adam Waldie (1839).
The Select Circulating Library. A. Waldie. hlm. 367.
-
^
Iswara,dkk, Helen (2011-06-01).
Batik Pesisir Peninggalan Indonesia. Pustaka acuan Naik daun Gramedia. ISBN 978-979-9103-38-3.
-
^
Publishing, TEMPO (2020-01-01).
Batik Tradisional – Mempertahankan Pusaka Leluhur. Tempo Publishing. ISBN 978-623-262-130-5.
-
^
Seni dan Budaya. PT Grafindo Sarana Pratama. ISBN 9789797583699.
-
^
“Cara Melepaskan Seni Rupa Nirmala dan Terapan”.
-
^
Maureen McCue (2016).
British Romanticism and the Reception of Italian Old Guru Art, 1793–1840. Taylor & Francis. ISBN 978-1-317-17148-5.
-
^
Angela K. Nickerson (2010).
A Journey into Michelangelo’s Rome. ReadHowYouWant.com. hlm. 182. ISBN 978-1-4587-8547-3.
Bacaan lebih lanjut
[sunting
|
sunting sumber]
-
Brata, Nugroho Trisnu (2007).
Antropologi 2 Lakukan SMA dan MA Kelas bawah XII. Jakarta: Esis/Erlangga. ISBN 979-734-562-9.
(Indonesia)
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Seni