MOTIVASI Sparing DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA Program STUDI KEPERAWATAN STIKES ST. PAULUS RUTENG TAHUN AJARAN 2022/2016


  • Gabriel Fredi Daar


    STIKES Santu Paulus Ruteng

  • Theofilus Acai Ndorang


    STIKES Santu Paulus Ruteng


Keywords:


Tembung belajar, Penerimaan bahasa Inggris, Mahasiswa Keperawatan

Abstract

Penelitian ini bertujuan bakal mengetahui motivasi belajar, faktor suporter dan pengempang motivasi membiasakan, dan implikasi motivasi belajar n domestik penataran bahasa Inggris. Studi ini yaitu penelitian kualitatif, dilakukan pada mahasiswa program studi keperawatan di STIKes St. Paulus Ruteng, tahun ajaran 2022/2016. Peneliti menentukan subyek dengan pendirian purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik temu duga, observasi dan pengarsipan. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa prodi keperawatan di STIKes St. Paulus Ruteng memiliki cambuk membiasakan bahasa Inggris
semenjana. Mahasiswa  kurang serius mengikuti perkuliahan, dan mereka mengerjakan tugas-tugas bukan karena kesadaran koteng tetapi kian karena instruksi dosen. Walaupun mahasiswa senang dengan menunjukkan antusiasme pada saat menjawab pertanyaan bahasa Inggris, doang masih tekor baik karena itu hanya dilakukan oleh mahasiswa tertentu saja. Mahasiswa kurang tahan banting menghadapi kesulitan. Mereka cepat rantas agak, bimbang, merasa tidak hayat,  menyerah begitu cuma  terutama detik menghadapi persoalan yang habis pelik. Mereka mengetahui dan menyadari bahwa sparing bahasa Inggris sangat penting buat meluaskan diri, memperluas wawasan, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang sreg gilirannya berguna saat bakir di arena kerja, akan tetapi pembelajaran bahasa Inggris karena niat dan kemauan seorang dilakukan semata-mata masih sangat kurang baik. Motivasi belajar
madya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti metode mengajar dosen yang kontributif, keaktifan menggunakan bahasa Inggris, tembung di sadel-sekedup perkuliahan berlangsung, pengetahuan tentang kemampuan bahasa Inggris mahasiswa, ketersediaan Modul perkuliahan, mualamat dan kesadaran mahasiswa akan pentingnya kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, minimnya pengetahuan dasar Bahasa Inggris, konsep subversif tentang bahasa Inggris, petisi komunikasi bahasa Inggris yang fragmentaris, fasilitas lab bahasa yang belum tersaji, cepat putus asa dalam menghadapi kesulitan, kurangnya kesadaran dan niat pribadi untuk menjalankan tugas-tugas, dan pendayagunaan bahasa Ibu yang berlebihan. Pecut belajar
sedang
berimplikasi pada peningkatan kompetensi dosen, penerapan metode penelaahan yang efektif dan menghibur, pengkajian mode belajar bahasa Inggris mahasiswa, penyampaian materi bahasa Inggris yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penataran mahasiswa, pemberian cambuk, dan ketersediaan fasilitas pembelajaran.