Tugas 1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bahasa Inggris
Abstraksi
Turner dan Taylor internal bukunya menyatakan bahwa teoretis mengajar bahasa masa ini didukung oleh teknologi baru. Menurut mereka, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakadim memberikan kontribusi terhadap kemajuan pengajian pengkajian dan pencekokan pendoktrinan bahasa. Guru bahasa bukan hanya mengandalkan buku teks, tetapi juga memanfaatkan komputer dan internet dengan fasilitas yang ada lakukan harapan kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Hal ini kali disebabkan oleh fakta bahwa Internet, misalnya, menawarkan berbagai bahan otentik dan menyeret yang bisa memfasilitasi kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Tetapi demikian, bentuk bantuan sparing bahasa berbasis komputer ini belum sepenuhnya dimanfaat morong untuk mengajar Bahasa Inggris di kelas – kelas bawah Indonesia. Ada bilang hambatan untuk mengimplementasikannya di Indonesia seperti mana kemungkinan dampak negatif yang hilang akal didapat pesuluh ketika memanfaatkannya. Goresan ini akan membicarakan segala yang mungkin ditawarkan oleh Komputer jinjing ibarat alat bantu untuk kegiatan belajar dan mengajar bahasa, dan mencerna keuntungan dan kerugian dari menggunakannya. Selanjutnya, garitan ini juga akan melihat hambatan pelaksanaannya di kelas bawah Indonesia, dan beberapa saran yang diusulkan mudahmudahan pendekatan ini dapat diterapkan di Indonesia.
Key words:
Komputer, Perangkat membiasakan berbantuan, Penataran (Bahasa Inggris)
A. Pendahuluan
Eskalasi besaran organ keras komputer yang dimiliki baik oleh rang pendidikan maupun oleh pendidik itu sendiri meningkatkan kebutuhan akan tersedianya program pengajaran berbantuan computer. Oleh sebab itu, guru diharapkan bisa memanfaatkan berbagai sumber belajar yang mudah digunakan baik sebagai target belajar mandiri maupun sebagai bahan pengayaan; seperti halnya CD pembelajaran ataupun website yang menyediakan program interaktif. Banyak pengajaran berbantuan komputer yang berlimpah menyerahkan kontribusi dalam kegiatan pembelajaran dan bisa meningkatkan antusias dan motivasi siswa n domestik melaksanakan kegiatan belajar.
Pengajaran berbantuan adalah suatu sistem indoktrinasi dan penerimaan yang memperalat peralatan komputer jinjing. Rencana bantuan pengajaran ini adalah pengembangan teknologi informasi multimedia kasatmata kombinasi teks, suara miring, animasi, atau video yang disampaikan dengan komputer. Pada pengajaran berbantuan komputer, maka aktivitas pemberian materi menghela minat siswa untuk mengimak kursus. Termasuk pemberian tes, dan anugerah umpan pencong semuanya dilakukan melampaui komputer jinjing (Turner & Taylor, 2000).
Perkembangan hobatan permakluman dan teknologi yang luar stereotip telah mendukung keberuntungan internal segala bidang. Proses sparing dan mengajar bahasapun merasakan pengaruhnya. Para suhu tak saja berdasar pada sentral referensi sebagai objek jaga, tetapi lagi dapat memanfaatkan komputer dan Internet dengan fasilitas dan radas lunaknya untuk tujuan aktivitas belajar dan mengajar di kelas.
Plong putaran lain Turner dan Taylor (2000) menjelaskan bahwa teoretis pengajaran bahasa sekarang ini mendukung pemanfaatan teknologi yang mentah tersebut. Internet, sebagai contoh, menawarkan suatu cakupan nan lalu luas berasal target – korban kalis (generic) boleh menjadi daya tarik, dan dapat melincirkan aktivitas yang berpusat pada pesuluh. Meskipun demikian, pemanfaatan komputer dengan bahan-target kudus (generic) sebagai alat tolong belajar belum dimaksimalkan, bahkan belum digunakan kadang-kadang di sebagian sekolah, kerjakan mengajar Bahasa Inggris.
B. Pembahasan
1. Pengertian Indoktrinasi Berbantuan
Indoktrinasi berbantuan punya dua kategori besar: tradisional dan generic. Mata air pencekokan pendoktrinan berbantuan yang bersifat tradisional muncul dari desain instruksional berbasis pelatihan komputer di asing indoktrinasi bahasa. Cak bagi menjalankan program ini, kita membu-tuhkan seperangkat komputer jinjing dengan CD-ROM dan speaker untuk perangkat lunak program audionya. Programa ini ialah rangka nan disediakan oleh program pelatihan Kom-tekukur Literacy AMES Victoria Centre (Corbel, 1998, dikutip intern Turner & Taylor, 2000), Acara ini menawarkan perkakas lunak yang dapat dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah instrumen panjang usus bikin pendekatan instruksional, di mana komputer mene-tapkan kerjakan mengajarkan sesuatu. Kerumahtanggaan pengertian ini, membiasakan bahasa dilihat tak sekadar andai akumulatif, membangun semenjak nan terkecil sampai segmen yang lebih besar tetapi juga sebagai kompilasi sistem legal, paramasastra, kosa kata, dan pengucapan yang dapat ditangani secara terpisah (Corbel, 1999). Pendekatan ini mengandalkan ketegaran dan konsistensi komputer. Peluasan bahasa dilakukan melangkaui pengulangan, aktivitas dan penjelasan. Dengan eksistensi multimedia nan menyediakan ira penyimpanan yang jauh lebih lautan pada CD-ROM, peserta jaga dapat menikmati programa nan memiliki tanggap-an dan interaksi yang lebih canggih dalam paket program seperti Click into English dan Planet English (Turner & Taylor, 2000). Kategori lainnya ialah peranti sabar kerjakan pendekatan eksplorasi. Ini menempatkan kontrol nan lebih besar di tangan pelajar. N domestik signifikasi ini, bahasa dilihat sebagai jalinan sistem yang kompleks. Pembelajaran bahasa dianggap laksana penekanan atau penemuan belajar melalui pembentukan dan pengujian dugaan. Memperalat hypertext, pendekatan ini memanfaatkan kapasitas bikin menyim-pan dan menyembunyikan data sampai diperlukan. Kategori ketiga adalah peranti sabar untuk penggelapan teks. Ini terdiri dari molekul – unsur pendekatan eksplorasi dan kategori enggak yang lebih luas. Pendekatan ini melihat bahasa laksana seperangkat sistem yang terintegrasi darurat komputer sebagai alat. Corbel (1999) mengatakan bahwa belajar di radiks pende-katan ini didasarkan puas pemerolehan melintasi bermain dan praktek daripada instruksi melalui drill dan praktek. Internal hal ini motivasi siswa memainkan peranan utama cak bagi keberhasil -an murid. Keadaan ini telah habis tersohor di acara TESOL melalui program-program seperti Storyboard Wida, Carmen Sandiego Word Detective, Wiggleworks dan Magic Crossword (Turner & Taylor, 2000).
Kategori kedua yaitu sumber yang generic. Ialah bergeser berbunga penggunaan program nan dirancang untuk pengajaran bahasa menjadi pemanfaatan setiap komunikasi komputer yang dimediasi lakukan tujuan pengajaran bahasa. Turner & Taylor (2000) membagi kategori ini menjadi penggunaan sendang radas komputer generik (generic computer tools) dan mereka yang menggunakan teknologi komputer generik (generic computer technology). Untuk menggunakan perangkat komputer generik, kita terlazim selengkap komputer dengan CD – ROM kerjakan referensi ensiklopedia. Penggunaan perangkat komputer generik meliputi pengolah kata, database, dan informasi bacaan. Pengolah kata biasanya tersaji privat perangkat panjang hati permintaan seperti WordStar, Microsoft Word dan Word Perfect. Semuanya boleh digunakan bikin meningkatkan kegesitan pesuluh terutama intern menulis. Selain itu, gawai ini melatih siswa cak bagi memiliki keterampilan komputer standar nan diperlu kan untuk spirit kerja dengan menggunakan database sederhana. Menggunakan korban bacaan begitu juga ensiklopedia pada CD-ROM, peserta didik lagi dapat mempunyai kemampuan pencarian perpustakaan, yang diperlukan untuk investigasi mereka.
Penggunaan teknologi komputer generik difasilitasi dengan ketersediaan internet. Buat menjalankan teknologi ini, kita memerlukan setidaknya suatu set komputer dengan modem, yang dihubungkan ke parit telepon, atau tersedianya hotspot (wi fi) dan speaker buat gawai lunak audio. Bahasa Inggris sebagai Kegiatan Bahasa Luar (EFL), Internet mena warkan minimal tiga layanan dasar, ialah: E-mail dan mailing list, newsgroup, dan World Wide Web (Carrier, 1997). Belajar Bahasa Inggris melalui Internet memiliki banyak keun- tungan cak bagi siswa. Selain itu tutorial yang memanfaatkan mediasi komputer sangat me-cambuk siswa, Internet lagi memungkinkan siswa kerjakan meneliti dan mencari mangsa-bahan otentik dan mengembangkan ketangkasan membaca, mendengar, menulis serta memperka- ya kosa kata mereka (Carrier, 1997).
2. Keuntungan dan penahan penerapan
Meskipun indoktrinasi berbantuan komputer jinjing memberikan banyak keuntungan yang men-janjikan untuk siswa jaga dan temperatur, sekadar juga memiliki kelemahan ataupun hambatan. Pelecok satu hambatannya adalah kurangnya peralatan yang tersedia di sekolah – sekolah (Carrier, 1997). Kedua, pengajaran berbantuan komputer nan bersifat tradisional dan sendang asli memerlukan sejumlah set komputer, dan sekolah di Indonesia ternyata masih cak semau yang belum memilikinya. Untuk inferior Indonesia, itu berarti bahwa setiap sekolah harus menyedia teko 44-50 komputer set untuk sekitar 44 – 50 siswa di setiap papan bawah atau sedikitnya 20-25 set komputer jinjing kalau suatu set komputer dirancang bakal dua petatar. Bahkan Internet membutuhkan modem lakukan dihubungkan dengan saluran telepon, yang berarti bahwa sekolah harus meng- habiskan lebih banyak persen pada tagihan telepon bulanan. Penghambat enggak adalah manifesto bahwa masih banyak master nan memiliki sikap pesimis terhadap teknologi komputer.
Mereka merasa bahwa plus banyak materi yang harus dikuasai siswa dan mungkin belum memiliki banyak permakluman tentang teknologi komputer (Carrier, 1997).
Pengusahaan teknologi komputer generik yaitu bagian berpunca hidup di mileu hypermedia (Corbel, 1999). Sekolah dan arena kerja di banyak negara menggunakan teknologi ini cak bagi kepentingan mereka. Kegiatan berbasis internet memang memotivasi dan menjanjikan, tetapi mereka mempunyai bilang kelemahan pun (Turner & Taylor, 2000). Selain biaya yang mahal, malah jika itu tersediapun masih dibatasi oleh akses. Akal masuk online bisa sangat lambat, dan kerangka pendidikan kali tak memiliki cukup uang lakukan me- rancang pemakaian internet paling efektif. Kesialan lain adalah bahwa pembelajaran ber-bantuan komputer berbasis internet dapat menjadi sedemikian itu terobsesi dengan kekayaan sumber siaran yang mereka berikan sehingga sering dapat mengeruhkan faktor ketohoran ba- hasa yang digunakan pelajar, dan rancangan kegiatan pedagogis pasif (Carrier, 1997). Selain itu, peserta didik bisa terlalu asyik dengan pencarian mereka, mereka perlu sebelah yang jelas, misalnya, virtual nan mengacungkan mereka ke situs web tertentu. Hal lain yang temperatur harus akui adalah bahwa Internet juga mengandung molekul seksualitas dan bahan yang berhubung -an dengan orang dewasa, dimana petatar harus menghindarinya (Carrier, 1997).
3. Penerapan Pengajaran Berbantuan Komputer di Indonesia
Bagaimana bisa indoktrinasi berbantuan komputer ini dimanfaatkan bagi kegiatan bela-jar dan mengajar Bahasa Inggris di Indonesia? Setidaknya ada tiga penggunaan dasar internet yang bisa dimanfaatkan di kelas Indonesia, yaitu: E-mail dan mailing list, news-group, dan World Wide Web (Carrier, 1997). Pengusahaan Internet untuk pengajaran bahasa di sekolah-sekolah Indonesia, lamun masih terdengar realistis untuk momen ini karena dana nan terbatas baik berusul pemerintah dan lembaga pendidikan itu koteng, mungkin boleh direalisasikan dalam perian dekat. Keadaan ini mendesak diharapkan karena pemanfaatan internet dalam pembelajaran bahasa akan membawa banyak manfaat. Ini akan, misalnya, derita-ningkatkan minat belajar siswa, sebagai kesempatan bakal mengoperasikan teknologi mentah adalah hal intrinsik nan menarik lakukan remaja. Situasi ini penting sebagaimana Gardner dan Lambert (dikutip dalam Cook, 1991) menyatakan bahwa pecut intrinsik memainkan peran bermakna n domestik meningkatkan kejayaan belajar. Cak bagi munsyi, kembali sangat kontributif. Ini memungkinkan guru untuk menciptakan kegiatan dan tugas sparing makin mudah dan lebih efisien. Selain itu juga akan memperkaya pengetahuan guru dan bisa menginspirasi mereka dengan banyaknya ide – ide yang dapat digunakan kerjakan meningkat-kan gaya pengajaran dan strategi mereka.
Bakal mengadopsi tiga layanan Internet cak bagi pengajaran Bahasa Inggris di kelas, penting bagi temperatur bakal mempertimbangkan saran Carrier (1997) bahwa harus suka-suka tujuan ilmu bahasa ketika pesuluh berselancar di dunia maya, pengumpulan informasi dan pertukaran informasi dengan turunan tidak . Melangkahi World Wide Web dan newsgroup, internet dapat me-nyediakan sejumlah besar bulan-bulanan otentik (Chang Li dan Hart, 1996) seperti koran dan maja-lah berbahasa Inggris. Alamat tersebut dapat menjadi bahan bikin memerosokkan dan menantang tugas nan dilakukan siswa, kemudian diharapkan bisa menolak siswa dengan kegiatan produktif. Selain itu, kegiatan membaca sebagai kesenangan akan menyebabkan pembela-jaran insidental yang dipandang sebagai pelengkap utama lakukan pengajaran kosakata (Coady, Huckin, Schmitt & McCathy, 1997, dikutip dalam Schmitt & Sewa, 2000). Secara faktual, itu akan memfasilitasi peluasan kosakata siswa. Siswa bisa ditugaskan untuk berburu kata sandang, berita dan cerita yang berhubungan dengan topik yang disarankan dalam kurikulum. Buat membantu pemahaman siswa, guru dapat menyiapkan beberapa pertanya an tercecer baik dalam bentuk melangah alias tertutup. Menggunakan tugas – tugas sederhana boleh menjembatani kesulitan peserta dalam memahami secara utuh dari membaca sasaran otentik (Field, 1997). Dalam situasi ini, tugas-tugas harus dinilai berdasarkan tingkat kemahiran siswa. Kemudian, lakukan tindak lanjut bersumber ide maupun informasi yang diperoleh dari internet, para pelajar dapat diminta cak bagi melaksanakan kegiatan tertentu dalam kerubungan karena kolaborasi kelompok dapat meningkatkan elokuensi verbal pelajar dan akan menjadi cara yang efektif lakukan melengkapi kelemahan dan kekuatan masing-masing. Siswa lagi dapat diminta untuk membuat sebuah kisah atau naskah dari apa yang sudah mereka baca dan menunjukkan skrip atau kisahan di depan kelas bawah. Kegiatan ini akan memicu kreativitas pesuluh dan membuat pembelajaran lebih berjasa dan menentramkan. Intern kaitan meningkatkan kemampuan batik mereka, petatar kembali bisa didorong untuk membuat catatan atau ringkasan berbunga apa yang mutakadim mereka baca. Mereka hanya dapat mengambil beberapa item vokabuler bermanfaat maupun, jika siapa, menggunakan kata – kata mereka sendiri dalam ringkasan mereka. Para siswa juga wajib melubangi dan mengenali struktur teks agar mereka kenal berbagai jenis teks. Hal ini penting karena prolog jenis pustaka ini bisa digunakan bagaikan model bikin teks yang mereka ciptakan koteng.
Penggunaan E-mail internal pengajaran bahasa direkomendasikan maka itu Mark Warschauer (1995), buat tiga alasan berikut:
Permulaan, e-mail meluangkan kesempatan kasatmata yang sangat baik untuk siswa, komunikasi alami … Kedua, e-mail memberdayakan siswa untuk belajar mandiri … Akhirnya, pemakai-an e-mail memperkaya pengalaman kita sebagai temperatur … (dan memungkinkan kita untuk ber-bakal) gagasan baru, sendang, dan bulan-bulanan.
Carrier (1997) menunjukkan bahwa ada tiga metode utama penggunaan e-mail kerjakan tujuan pedagogis: e-mail dari orang-ke-turunan, mailing list, dan newsgroup. Setiap metode menawarkan keuntungan yang farik. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa e – mail adalah mandu standar berkomunikasi, mengirim pesan pribadi kepada satu anak adam pada satu bulan-bulanan e-mail, seperti halnya dengan surat biasa. Internal penelitian terbaru makanya Taylor dan Corbel (dikutip dalam Turner & Taylor, 2000) ditemukan bahwa E-mail adalah penggunaan Internet nan paling populer di guri siswa nan mempunyai akal masuk gratis, meskipun mungkin dalam L1 (bahasa zakiah) mereka. Selain itu, E – mail juga bisa digunakan lakukan meningkatkan ke-mampuan menggambar siswa kefasihan.
Lakukan konteks Indonesia, E-mail dapat digunakan untuk pengajaran Bahasa Inggris di kelas. Suhu bisa berkolaborasi dengan sosok bukan baik di program EFL atau ESL. Mereka bisa jadi membentuk proyek sahabat pena di mana siswa dapat bertukar siaran (Carrier, 1997). Hawa, misalnya, menemukan kelas lain berpokok sekolah lain yang sesuai dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Sekolah mitra bisa berasal dari riuk satu sekolah di daerah tingkat yang sebabat atau kota yang berbeda di negara yang sama, atau bahkan sebuah sekolah di luar negeri. Kedua hawa dari kedua sekolah kemudian membelakangkan frekuensi kontak, varietas kon-tak – petatar ke pelajar atau kerubungan ke kelompok – dan topik yang akan dibahas, dll. Dalam hal ini guru memiliki peran penting sebagai mediator antara pesuluh didik dan mata air buku di lingkungan hypermedia (Corbel, 1999). Para murid harus dimasukkan ke dalam pasangan, pertukaran e-mail, dan menulis satu sama lain secara berkala. Lakukan menghindari penyalah-gunaan utus dan menyepakati e-mail, siswa harus diberi ide – ide nan jelas mengenai topik yang akan ditulis ke sahabat pena mereka. Semua kegiatan di sini dipandu oleh guru dan berdasarkan topik nan mutakadim disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini boleh memberikan ide yang jelas kepada murid tentang segala apa yang harus menggambar satu sama lain. Hal bungsu tapi yang minimal penting ialah bahwa master harus secara terstruktur memeriksa e-mail peserta. Cara ini memungkinkan guru cak bagi memberikan umpan mengsol terhadap jalan hidup siswa. Selain itu, juga bisa mencegah peserta mulai sejak hal – hal nan tidak perlu dan menjaga kegiatan mereka konstan kerumahtanggaan bingkai pedagogis. Menurut Warschauer (1995, dikutip dalam Carrier, 1997) alasan utama cak bagi pemanfaatan e – mail adalah bahwa ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk n kepunyaan komunikasi yang nyata dan alamiah, dan juga memberdayakan mereka kerjakan belajar mandiri.
Seperti E-mail, mailing list merupakan alat angkut untuk petatar menoleh informasi, ide, dan berpartisipasi dalam diskusi sreg topik yang berkaitan dengan penataran Bahasa Inggris atau latar bokong budaya orang lain. Kedua, e-mail dan mailing list adalah cara nan adv amat efektif lakukan takhlik siswa terlibat internal kegiatan pembelajaran karena mereka akan termotivasi terhadap apa nan secara pribadi relevan lakukan mereka (Turner & Taylor, 2000). Selain itu, melalui e – mail dan mailing list, pelajar merasa lebih bebas dan lebih perca-ya diri memperalat Bahasa Inggris lakukan mengekspresikan perasaan dan ide – ide. Cuma demikian, milis bisa membingungkan jika tidak hati-hati dipantau oleh suhu.
Secara sumir, internet, nan merupakan salah satu aplikasi komputer jinjing yang dinamis, akan menjadi media yang lampau berguna bagi memberikan kekayaan sendang anak kunci peng-wahi. Tiga kriteria, bagaimanapun, wajib dipertimbangkan dalam penetapan tugas belajar, yaitu: mengidentifikasi kebutuhan sparing, mengenali realita yang berhubungan dan membantu kebutuhan tersebut, dan menciptakan tugas – tugas yang memenuhi kebutuhan (Corbel, 1999). Bakal konteks Indonesia, kebutuhan belajar telah tercakup dalam kuriku-lum 2006 karena memberikan sejumlah jenis bacaan yang sekolah maupun guru bisa memilah-milah seumpama alternatif mana yang paling kecil semupakat untuk siswa mereka.
4. Saran penerapan Pencekokan pendoktrinan Berbantuan Komputer
Mengingat sejumlah hambatan untuk melaksanakan pendedahan bermediasi internet di Indonesia dan kesialan atau dampak negatif nan barangkali disebabkan, saya percaya bahwa Indoktrinasi berbantuan komputer tradisional lebih dapat digunakan di Indonesia untuk saat ini. Berlainan dengan internet, yang membutuhkan modem dan susukan telepon, Indoktrinasi berbantuan komputer jinjing tradisional saja membutuhkan sejumlah set komputer dengan CD – ROM dan speaker. Instrumen lunak, apakah itu instruksional, eksploratif atau konstruksi teks, selektif dapat dibeli dan dipersiapkan sesuai dengan topik dan tujuan pengajaran. Selain itu, para guru bisa men-download perangkat lunak bebas nan baik semenjak Internet dan kemudian menginstalnya ke setiap komputer nan mereka miliki untuk mengajar mereka. Situasi ini tidak sahaja jauh lebih murah daripada jika setiap siswa mengejar Internet untuk program yang dimaksudkan atau kegiatan, belaka pun bisa mencegah siswa dari kesasar ataupun masuk ke hal-hal berbau genital yang lain diinginkan.
Saat mempertimbangkan komputer dan organ lunak untuk belajar, sekolah dan guru harus bermoral – benar berhati – lever. Disarankan bahwa sekolah dan guru harus selektif terhadap program pengajian pengkajian bahasa apa yang mereka beli, harus jelas bagaimana materi dapat mengintensifkan pembelajaran, mengatur materi, sesuai untuk peserta, dan memantau pemanfaatan makanya siswa dan kemajuan cak bagi memastikan bahwa bermanfaat bagi siswa (Hancock , 1985). Dengan kata lain perangkat komputer harus boleh mengakomodasi pe-rangkat sabar yang dibutuhkan. Demikian pula, perangkat lunak sekali lagi harus bernuansa pen-bimbingan karena jika software yang baik, komputer jinjing adalah alat pendidikan yang ki akbar, sebaliknya, ketika instrumen lunaknya buruk, komputer hanya berhabis uang yang suntuk dibutuhkan untuk pendidikan (Smith, 1983, dikutip n domestik Hancock, 1985). Yang harus diperhatikan tentang radas lunak adalah kualitas indoktrinasi maupun nilai – nilai peda-gogis, kualitas pecah gawai kepala dingin itu sendiri ialah sekunder, radas keras (komputer dan aksesorisnya) bahkan lebih dibawah pentingnya (McShane, 1985).
Kesimpulan
Singkatnya, Pengajaran berbantuan komputer tradisional, dengan karakteristik yang menarik memotivasi dan berpusat pada siswa, perlu dipertimbangkan untuk implikasinya dalam indoktrinasi bahasa Inggris di Indonesia dan benar-benar dapat diadopsi di kelas bawah Indo-nesia dengan sejumlah adaptasi. Untuk saat ini, Pencekokan pendoktrinan berbantuan komputer leluri-onal sebagian samudra beradaptasi karena biayanya yang relatif rendah dan risiko rendah yang berbimbing dengan objek. Sementara Internet, dengan berbagai layanan nan menantang, membutuhkan penanganan yang makin hati – lever dan bisa diadaptasi untuk peng-tanzil bahasa Inggris di papan bawah Indonesia.
Referensi:
Carrier, M. 1997, ELT online: munculnya internet, ELT Journal, vol. 51, no. 3, hal 279-301.
Chang Li, R. & Hart, R. 1996, Apa yang bisa world wide web menawarkan ESL guru?, TESOL Journal, Winter.
Cook, V. 1991, Belajar Bahasa Kedua dan Pengajaran Bahasa, Edward Arnold.
Corbel, C. 1999, ESL Pengajaran di Lingkungan Hypermedia global, ACTA Background Paper No 4, November 1999.
Corbel, C. 1999, “Tugas seumpama Tamagotchi: ESL guru bekerja di mileu hypermedia muncul , Prospect, vol. 14, no. 3, hal 40-45.
Deakin University. 2000, Metodologi Pengajaran Bahasa B: Reader, Deakin University, Geelong, Vic.
Kementerian Agama, 1993, Garis Garis Raksasa Program Indoktrinasi (GBPP): Bahasa Inggris, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.
Kementerian Agama, 2006, Barometer Isi Bahasa Inggris, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.
Field, J. 1997, Catatan akan halnya mendengarkan: orisinalitas, Munsyi Inggris Maju, vol. 6, no. 3, hal 49-51.
Hancock, J. 1985, Komputer untuk Belajar di Anderson, J. (Ed.), Komputer di Papan bawah Bahasa, Australia Reading Association, Perth.
McShane, R. 1985, Computer Software dan Pengembangan Bahasa, di Anderson, J. (Ed.), Komputer di Kelas bawah Bahasa, Australia Reading Association, Perth.
Schmitt, N. & Carter, R. 2000, “Keuntungan leksikal mengaji sempit bakal pelajar bahasa kedua , TESOL Journal, vol. 9, no.1, hlm 5-7.
Turner, L. 2000, Metodologi Indoktrinasi Bahasa B: Study Guide, Deakin University, Geelong, Vic.
Warschauer, M. 1995, E-Mail for English Teaching, TESOL Inc, Alexandria, Virginia
____________________________________
* Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
Source: https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/alat-belajar-berbantuan-dalam-pengajaran-bahasa-inggris