Tugas 1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bahasa Inggris

Abstraksi

Turner dan Taylor  internal  bukunya menyatakan  bahwa teoretis mengajar bahasa  masa ini  didukung  oleh   teknologi  baru.  Menurut   mereka,  perkembangan   ilmu  pengetahuan  dan teknologi mutakadim memberikan kontribusi  terhadap kemajuan pengajian pengkajian dan pencekokan pendoktrinan bahasa. Guru  bahasa  bukan  hanya  mengandalkan  buku teks, tetapi  juga  memanfaatkan  komputer  dan internet  dengan  fasilitas yang  ada  lakukan harapan  kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Hal ini kali disebabkan  oleh fakta  bahwa  Internet, misalnya,  menawarkan berbagai bahan otentik dan  menyeret  yang  bisa  memfasilitasi   kegiatan  belajar  yang  berpusat  pada  siswa.  Tetapi demikian, bentuk   bantuan sparing bahasa  berbasis komputer  ini  belum sepenuhnya  dimanfaat morong  untuk  mengajar  Bahasa Inggris  di kelas – kelas bawah  Indonesia. Ada bilang  hambatan untuk mengimplementasikannya   di   Indonesia   seperti mana   kemungkinan   dampak   negatif   yang  hilang akal didapat  pesuluh ketika memanfaatkannya. Goresan ini akan membicarakan segala yang mungkin ditawarkan oleh  Komputer jinjing  ibarat alat  bantu  untuk kegiatan belajar dan mengajar bahasa, dan mencerna  keuntungan  dan  kerugian dari  menggunakannya. Selanjutnya, garitan ini juga akan melihat  hambatan  pelaksanaannya  di kelas bawah  Indonesia, dan  beberapa saran yang diusulkan mudahmudahan pendekatan ini dapat diterapkan di Indonesia.

Key words:
Komputer, Perangkat membiasakan berbantuan, Penataran (Bahasa Inggris)

A. Pendahuluan
Eskalasi besaran  organ  keras  komputer  yang dimiliki baik oleh rang pendidikan maupun oleh pendidik itu sendiri meningkatkan kebutuhan akan tersedianya program pengajaran  berbantuan  computer.  Oleh sebab itu, guru diharapkan bisa memanfaatkan berbagai sumber belajar yang  mudah digunakan baik  sebagai  target  belajar  mandiri   maupun  sebagai  bahan pengayaan; seperti   halnya   CD   pembelajaran ataupun website yang menyediakan program interaktif. Banyak pengajaran berbantuan komputer yang berlimpah  menyerahkan kontribusi dalam kegiatan pembelajaran dan bisa  meningkatkan antusias  dan motivasi siswa n domestik melaksanakan kegiatan belajar.
Pengajaran berbantuan adalah suatu sistem indoktrinasi dan penerimaan yang memperalat peralatan komputer jinjing. Rencana bantuan pengajaran ini adalah pengembangan teknologi informasi multimedia kasatmata kombinasi teks, suara miring, animasi, atau video yang disampaikan dengan komputer. Pada pengajaran berbantuan komputer, maka aktivitas  pemberian materi  menghela  minat   siswa   untuk   mengimak kursus. Termasuk pemberian tes, dan anugerah umpan pencong semuanya dilakukan melampaui komputer jinjing (Turner & Taylor, 2000).
Perkembangan hobatan permakluman dan teknologi yang luar stereotip telah mendukung keberuntungan internal segala bidang. Proses sparing dan mengajar bahasapun merasakan pengaruhnya.  Para suhu tak saja berdasar pada sentral referensi sebagai objek jaga, tetapi lagi dapat memanfaatkan komputer dan Internet dengan fasilitas dan radas lunaknya  untuk tujuan aktivitas belajar dan mengajar di kelas.
Plong putaran lain Turner dan Taylor (2000) menjelaskan bahwa teoretis pengajaran bahasa sekarang ini mendukung pemanfaatan teknologi yang mentah tersebut. Internet, sebagai contoh, menawarkan suatu cakupan nan lalu luas berasal target – korban kalis (generic) boleh menjadi daya tarik, dan dapat melincirkan aktivitas yang berpusat pada pesuluh. Meskipun demikian, pemanfaatan komputer dengan bahan-target kudus (generic) sebagai alat tolong belajar belum dimaksimalkan, bahkan belum digunakan kadang-kadang di sebagian sekolah, kerjakan mengajar Bahasa Inggris.
B. Pembahasan
1.  Pengertian Indoktrinasi Berbantuan

Indoktrinasi berbantuan  punya dua  kategori  besar: tradisional  dan  generic.  Mata air  pencekokan pendoktrinan  berbantuan yang bersifat  tradisional muncul  dari desain  instruksional  berbasis pelatihan komputer di asing indoktrinasi bahasa. Cak bagi menjalankan program ini, kita membu-tuhkan seperangkat komputer jinjing dengan CD-ROM dan speaker untuk perangkat lunak program audionya. Programa  ini ialah  rangka  nan disediakan oleh program pelatihan Kom-tekukur Literacy AMES Victoria Centre (Corbel, 1998, dikutip intern Turner  & Taylor, 2000), Acara ini menawarkan perkakas lunak yang dapat dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama  adalah  instrumen  panjang usus bikin  pendekatan instruksional, di mana komputer mene-tapkan kerjakan mengajarkan sesuatu. Kerumahtanggaan  pengertian ini, membiasakan bahasa  dilihat tak sekadar andai akumulatif,  membangun  semenjak  nan  terkecil  sampai segmen yang lebih besar tetapi juga  sebagai kompilasi sistem  legal, paramasastra, kosa kata,  dan pengucapan  yang  dapat ditangani  secara  terpisah   (Corbel, 1999).  Pendekatan  ini   mengandalkan  ketegaran  dan konsistensi komputer. Peluasan  bahasa  dilakukan melangkaui pengulangan, aktivitas dan penjelasan. Dengan eksistensi multimedia nan menyediakan ira  penyimpanan yang jauh lebih lautan pada CD-ROM, peserta  jaga dapat menikmati programa nan memiliki tanggap-an dan interaksi  yang lebih  canggih  dalam  paket  program  seperti Click into English  dan Planet English  (Turner & Taylor, 2000).  Kategori  lainnya  ialah  peranti  sabar kerjakan pendekatan  eksplorasi. Ini menempatkan  kontrol nan lebih besar  di tangan pelajar. N domestik signifikasi ini, bahasa  dilihat  sebagai  jalinan  sistem yang  kompleks. Pembelajaran bahasa dianggap  laksana  penekanan  atau  penemuan  belajar  melalui pembentukan  dan pengujian dugaan.  Memperalat hypertext, pendekatan ini  memanfaatkan kapasitas bikin menyim-pan dan menyembunyikan  data sampai  diperlukan. Kategori ketiga adalah  peranti sabar untuk  penggelapan teks. Ini terdiri dari molekul – unsur pendekatan  eksplorasi dan kategori enggak yang lebih luas. Pendekatan  ini melihat bahasa  laksana seperangkat sistem yang terintegrasi darurat komputer sebagai alat. Corbel (1999) mengatakan bahwa belajar di radiks pende-katan ini  didasarkan puas  pemerolehan  melintasi bermain  dan praktek  daripada instruksi melalui drill dan praktek. Internal hal ini motivasi siswa memainkan peranan utama cak bagi keberhasil -an murid. Keadaan ini telah habis tersohor di acara TESOL melalui program-program seperti Storyboard Wida, Carmen  Sandiego  Word  Detective, Wiggleworks  dan  Magic Crossword (Turner & Taylor, 2000).

Kategori kedua  yaitu  sumber yang  generic. Ialah bergeser  berbunga penggunaan program nan dirancang untuk pengajaran bahasa menjadi  pemanfaatan  setiap komunikasi komputer yang dimediasi  lakukan tujuan pengajaran  bahasa. Turner & Taylor (2000) membagi kategori ini  menjadi penggunaan  sendang radas komputer generik (generic computer tools) dan mereka  yang  menggunakan  teknologi  komputer  generik  (generic computer technology). Untuk menggunakan  perangkat komputer  generik, kita terlazim selengkap komputer dengan CD – ROM kerjakan  referensi ensiklopedia. Penggunaan perangkat  komputer generik meliputi  pengolah  kata,  database,  dan  informasi  bacaan. Pengolah  kata biasanya  tersaji privat perangkat  panjang hati  permintaan  seperti  WordStar, Microsoft Word  dan  Word Perfect. Semuanya boleh digunakan  bikin meningkatkan  kegesitan  pesuluh  terutama  intern menulis. Selain itu, gawai ini melatih siswa cak bagi memiliki keterampilan komputer standar nan diperlu kan untuk spirit kerja dengan  menggunakan database  sederhana. Menggunakan korban bacaan begitu juga ensiklopedia pada CD-ROM, peserta didik lagi dapat mempunyai kemampuan pencarian perpustakaan, yang diperlukan untuk investigasi mereka.

Penggunaan teknologi komputer  generik difasilitasi dengan  ketersediaan internet. Buat menjalankan  teknologi  ini, kita memerlukan  setidaknya  suatu set komputer dengan modem, yang  dihubungkan  ke parit  telepon, atau  tersedianya  hotspot  (wi fi) dan  speaker buat gawai lunak audio. Bahasa Inggris  sebagai Kegiatan Bahasa Luar (EFL), Internet mena warkan  minimal  tiga  layanan  dasar, ialah: E-mail dan mailing list, newsgroup, dan  World Wide Web (Carrier, 1997). Belajar  Bahasa  Inggris  melalui Internet memiliki banyak keun- tungan  cak bagi siswa. Selain  itu tutorial  yang  memanfaatkan mediasi komputer sangat  me-cambuk siswa, Internet lagi memungkinkan siswa kerjakan meneliti dan mencari mangsa-bahan otentik dan mengembangkan ketangkasan membaca, mendengar, menulis   serta memperka- ya kosa kata mereka (Carrier, 1997).

2. Keuntungan dan penahan penerapan

Meskipun  indoktrinasi  berbantuan  komputer jinjing memberikan banyak keuntungan yang men-janjikan untuk siswa jaga dan temperatur, sekadar  juga memiliki kelemahan ataupun hambatan. Pelecok satu  hambatannya  adalah  kurangnya  peralatan  yang tersedia di sekolah – sekolah (Carrier, 1997). Kedua, pengajaran  berbantuan  komputer  nan  bersifat  tradisional  dan sendang asli memerlukan  sejumlah  set  komputer,  dan  sekolah  di  Indonesia  ternyata  masih  cak semau yang belum memilikinya. Untuk inferior Indonesia, itu berarti bahwa setiap sekolah harus menyedia teko 44-50 komputer set untuk sekitar 44 – 50 siswa di setiap papan bawah atau  sedikitnya 20-25 set komputer jinjing kalau suatu set komputer dirancang  bakal dua petatar. Bahkan Internet membutuhkan modem lakukan dihubungkan dengan saluran telepon, yang berarti bahwa sekolah harus meng- habiskan lebih banyak persen pada tagihan telepon bulanan. Penghambat enggak adalah manifesto bahwa  masih  banyak  master  nan   memiliki  sikap  pesimis  terhadap  teknologi  komputer.
Mereka  merasa bahwa plus  banyak materi yang harus dikuasai siswa dan mungkin belum memiliki banyak permakluman tentang teknologi komputer (Carrier, 1997).

Pengusahaan  teknologi  komputer  generik yaitu  bagian  berpunca  hidup  di mileu hypermedia  (Corbel, 1999).  Sekolah  dan  arena   kerja  di  banyak  negara  menggunakan teknologi ini cak bagi kepentingan mereka. Kegiatan berbasis internet memang memotivasi dan menjanjikan,  tetapi  mereka  mempunyai  bilang  kelemahan  pun  (Turner & Taylor, 2000). Selain biaya yang mahal, malah jika itu tersediapun masih dibatasi oleh akses. Akal masuk online bisa sangat lambat, dan kerangka pendidikan kali tak memiliki  cukup uang lakukan me- rancang  pemakaian internet paling  efektif. Kesialan lain  adalah bahwa pembelajaran ber-bantuan komputer berbasis internet dapat menjadi sedemikian itu terobsesi dengan kekayaan sumber siaran yang mereka berikan  sehingga sering dapat  mengeruhkan faktor ketohoran ba- hasa yang digunakan pelajar, dan rancangan  kegiatan pedagogis pasif  (Carrier, 1997). Selain itu, peserta didik  bisa terlalu asyik dengan pencarian  mereka, mereka perlu  sebelah yang jelas, misalnya, virtual nan  mengacungkan mereka ke situs web  tertentu. Hal lain yang temperatur harus akui adalah bahwa Internet juga mengandung molekul seksualitas dan  bahan yang berhubung -an dengan orang dewasa, dimana petatar harus menghindarinya (Carrier, 1997).

3.  Penerapan Pengajaran Berbantuan Komputer di Indonesia
Bagaimana bisa indoktrinasi berbantuan  komputer ini dimanfaatkan bagi kegiatan bela-jar  dan  mengajar  Bahasa   Inggris di  Indonesia?  Setidaknya  ada  tiga  penggunaan  dasar internet yang  bisa  dimanfaatkan di kelas Indonesia, yaitu: E-mail dan  mailing  list, news-group, dan World Wide Web (Carrier, 1997). Pengusahaan Internet untuk pengajaran  bahasa di sekolah-sekolah Indonesia, lamun masih terdengar realistis untuk momen ini karena  dana nan terbatas  baik  berusul  pemerintah  dan  lembaga  pendidikan  itu  koteng,  mungkin  boleh direalisasikan dalam perian dekat. Keadaan ini mendesak diharapkan karena pemanfaatan internet dalam  pembelajaran  bahasa   akan  membawa  banyak   manfaat.  Ini  akan,  misalnya,  derita-ningkatkan  minat belajar siswa, sebagai  kesempatan bakal mengoperasikan teknologi  mentah adalah hal  intrinsik nan  menarik lakukan remaja. Situasi ini  penting sebagaimana Gardner dan Lambert  (dikutip  dalam  Cook, 1991)  menyatakan  bahwa  pecut  intrinsik  memainkan peran  bermakna  n domestik  meningkatkan  kejayaan  belajar. Cak bagi munsyi, kembali  sangat kontributif. Ini  memungkinkan  guru  untuk menciptakan  kegiatan  dan  tugas  sparing  makin  mudah  dan  lebih  efisien. Selain  itu  juga  akan  memperkaya  pengetahuan  guru  dan  bisa menginspirasi  mereka dengan  banyaknya ide – ide yang dapat digunakan  kerjakan meningkat-kan gaya pengajaran dan strategi mereka.

Bakal  mengadopsi  tiga  layanan  Internet   cak bagi  pengajaran  Bahasa  Inggris  di  kelas, penting  bagi temperatur bakal  mempertimbangkan  saran  Carrier (1997)  bahwa harus suka-suka tujuan ilmu bahasa  ketika pesuluh  berselancar  di dunia maya, pengumpulan  informasi dan  pertukaran informasi dengan  turunan tidak . Melangkahi World Wide Web dan newsgroup, internet  dapat me-nyediakan sejumlah besar  bulan-bulanan otentik (Chang Li dan Hart, 1996) seperti  koran dan maja-lah berbahasa Inggris. Alamat tersebut dapat menjadi bahan bikin memerosokkan dan menantang tugas nan  dilakukan siswa, kemudian  diharapkan  bisa menolak siswa dengan  kegiatan produktif. Selain itu, kegiatan  membaca sebagai kesenangan akan  menyebabkan  pembela-jaran  insidental  yang  dipandang  sebagai  pelengkap  utama   lakukan  pengajaran  kosakata (Coady, Huckin, Schmitt & McCathy, 1997, dikutip dalam  Schmitt & Sewa, 2000).  Secara faktual, itu akan  memfasilitasi peluasan  kosakata siswa. Siswa bisa ditugaskan untuk berburu  kata sandang, berita  dan cerita yang  berhubungan  dengan  topik yang  disarankan dalam kurikulum. Buat membantu pemahaman siswa, guru dapat menyiapkan  beberapa  pertanya                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          an tercecer baik dalam bentuk melangah alias tertutup. Menggunakan tugas – tugas sederhana boleh  menjembatani  kesulitan  peserta  dalam  memahami  secara  utuh dari membaca  sasaran otentik (Field, 1997). Dalam situasi ini, tugas-tugas harus dinilai berdasarkan tingkat kemahiran siswa. Kemudian,  lakukan  tindak lanjut  bersumber ide maupun  informasi yang  diperoleh dari internet, para  pelajar  dapat diminta  cak bagi  melaksanakan  kegiatan tertentu  dalam kerubungan  karena kolaborasi kelompok dapat meningkatkan  elokuensi verbal pelajar dan akan menjadi cara yang efektif lakukan melengkapi kelemahan dan kekuatan masing-masing. Siswa lagi dapat diminta untuk membuat sebuah kisah atau naskah dari apa yang sudah mereka baca dan menunjukkan skrip  atau kisahan di depan  kelas bawah. Kegiatan  ini akan memicu kreativitas  pesuluh dan  membuat pembelajaran lebih berjasa dan  menentramkan. Intern kaitan meningkatkan kemampuan batik mereka, petatar kembali bisa didorong  untuk membuat catatan  atau ringkasan berbunga apa yang  mutakadim mereka  baca. Mereka hanya  dapat  mengambil  beberapa item  vokabuler  bermanfaat maupun, jika  siapa, menggunakan kata – kata mereka  sendiri  dalam ringkasan mereka. Para siswa  juga  wajib  melubangi dan  mengenali  struktur teks  agar mereka  kenal  berbagai jenis teks. Hal ini penting karena prolog  jenis pustaka ini bisa  digunakan bagaikan model bikin teks yang mereka ciptakan koteng.

Penggunaan E-mail  internal  pengajaran  bahasa direkomendasikan  maka itu Mark Warschauer (1995), buat tiga alasan berikut:
Permulaan, e-mail meluangkan kesempatan kasatmata  yang sangat baik  untuk siswa, komunikasi alami … Kedua, e-mail memberdayakan siswa untuk belajar mandiri … Akhirnya, pemakai-an e-mail memperkaya pengalaman kita sebagai temperatur … (dan memungkinkan kita untuk ber-bakal) gagasan baru, sendang, dan bulan-bulanan.

Carrier (1997) menunjukkan  bahwa  ada  tiga  metode  utama  penggunaan  e-mail kerjakan tujuan  pedagogis:  e-mail dari orang-ke-turunan,  mailing list, dan  newsgroup. Setiap metode menawarkan  keuntungan yang farik. Lebih  lanjut, ia  mengatakan bahwa e – mail adalah mandu  standar berkomunikasi, mengirim  pesan pribadi  kepada  satu anak adam  pada satu  bulan-bulanan     e-mail, seperti halnya  dengan surat  biasa. Internal  penelitian terbaru makanya Taylor dan Corbel (dikutip dalam Turner & Taylor, 2000) ditemukan bahwa E-mail adalah penggunaan Internet nan paling populer di guri siswa nan mempunyai akal masuk gratis, meskipun mungkin dalam L1 (bahasa zakiah) mereka. Selain itu, E – mail juga bisa  digunakan  lakukan meningkatkan  ke-mampuan menggambar siswa kefasihan.

Lakukan  konteks  Indonesia, E-mail  dapat  digunakan  untuk  pengajaran  Bahasa Inggris di kelas.  Suhu  bisa  berkolaborasi  dengan  sosok  bukan  baik  di program EFL  atau  ESL. Mereka  bisa jadi  membentuk  proyek  sahabat  pena di mana siswa  dapat bertukar  siaran (Carrier, 1997). Hawa, misalnya,  menemukan kelas lain  berpokok sekolah lain yang sesuai dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Sekolah mitra bisa berasal dari riuk satu sekolah di daerah tingkat yang sebabat  atau  kota  yang  berbeda di negara  yang  sama, atau  bahkan  sebuah  sekolah  di luar negeri. Kedua hawa dari kedua  sekolah kemudian  membelakangkan frekuensi kontak,  varietas kon-tak – petatar  ke pelajar atau kerubungan ke kelompok – dan topik yang akan dibahas, dll. Dalam hal ini guru memiliki peran penting  sebagai mediator antara  pesuluh didik dan  mata air buku di lingkungan hypermedia (Corbel, 1999). Para murid harus dimasukkan ke dalam pasangan, pertukaran e-mail, dan menulis  satu sama lain secara berkala. Lakukan menghindari penyalah-gunaan utus dan menyepakati e-mail, siswa  harus diberi ide – ide nan jelas mengenai topik yang  akan ditulis ke  sahabat  pena  mereka. Semua  kegiatan di sini  dipandu oleh  guru dan berdasarkan  topik nan  mutakadim disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini boleh  memberikan ide yang jelas kepada murid tentang segala apa yang harus menggambar satu sama lain. Hal bungsu tapi yang  minimal penting ialah  bahwa master harus  secara terstruktur  memeriksa e-mail peserta. Cara ini memungkinkan  guru cak bagi  memberikan umpan  mengsol  terhadap  jalan hidup siswa. Selain itu, juga bisa mencegah peserta mulai sejak hal – hal nan tidak perlu dan menjaga  kegiatan  mereka konstan  kerumahtanggaan  bingkai  pedagogis. Menurut  Warschauer (1995, dikutip  dalam Carrier, 1997) alasan  utama cak bagi  pemanfaatan e – mail  adalah bahwa  ini menyediakan  kesempatan  bagi siswa untuk n kepunyaan komunikasi yang nyata dan alamiah, dan juga memberdayakan mereka kerjakan belajar mandiri.

Seperti E-mail, mailing list merupakan  alat angkut  untuk petatar  menoleh  informasi, ide,  dan berpartisipasi dalam diskusi sreg topik  yang berkaitan dengan penataran Bahasa Inggris atau  latar  bokong  budaya  orang  lain. Kedua, e-mail dan  mailing  list  adalah  cara  nan adv amat efektif lakukan  takhlik  siswa terlibat  internal  kegiatan pembelajaran  karena  mereka akan  termotivasi  terhadap apa  nan secara pribadi  relevan lakukan  mereka (Turner & Taylor, 2000). Selain itu, melalui e – mail dan mailing list, pelajar merasa lebih bebas dan lebih perca-ya diri memperalat  Bahasa Inggris lakukan mengekspresikan perasaan dan ide – ide. Cuma demikian, milis bisa membingungkan jika tidak hati-hati dipantau oleh suhu.

Secara sumir, internet, nan  merupakan  salah  satu  aplikasi  komputer jinjing  yang  dinamis, akan menjadi media  yang lampau berguna  bagi memberikan  kekayaan sendang  anak kunci peng-wahi. Tiga  kriteria, bagaimanapun,  wajib dipertimbangkan dalam  penetapan tugas belajar, yaitu: mengidentifikasi  kebutuhan  sparing, mengenali  realita yang  berhubungan  dan membantu kebutuhan tersebut, dan  menciptakan tugas – tugas yang  memenuhi  kebutuhan (Corbel, 1999). Bakal  konteks Indonesia, kebutuhan  belajar telah tercakup  dalam kuriku-lum  2006 karena  memberikan  sejumlah  jenis bacaan  yang sekolah  maupun guru  bisa  memilah-milah seumpama alternatif  mana yang paling kecil semupakat untuk siswa mereka.

4. Saran penerapan Pencekokan pendoktrinan Berbantuan Komputer

Mengingat sejumlah hambatan untuk  melaksanakan pendedahan bermediasi internet di Indonesia dan kesialan atau dampak negatif nan barangkali disebabkan, saya percaya bahwa Indoktrinasi berbantuan komputer  tradisional lebih dapat  digunakan di Indonesia untuk saat ini. Berlainan  dengan internet, yang  membutuhkan  modem  dan susukan telepon, Indoktrinasi berbantuan komputer jinjing tradisional  saja membutuhkan  sejumlah  set komputer dengan CD – ROM  dan  speaker. Instrumen  lunak,  apakah itu  instruksional, eksploratif  atau  konstruksi teks,  selektif  dapat  dibeli  dan  dipersiapkan  sesuai  dengan  topik  dan tujuan  pengajaran. Selain itu, para guru bisa  men-download perangkat  lunak bebas nan baik semenjak  Internet dan kemudian menginstalnya  ke setiap  komputer nan mereka  miliki untuk  mengajar  mereka.  Situasi  ini tidak  sahaja  jauh  lebih  murah  daripada  jika  setiap  siswa  mengejar Internet untuk  program  yang  dimaksudkan  atau  kegiatan, belaka pun  bisa  mencegah siswa dari kesasar ataupun masuk ke hal-hal berbau genital yang lain diinginkan.

Saat  mempertimbangkan  komputer dan  organ  lunak untuk belajar, sekolah  dan guru harus bermoral – benar berhati – lever.  Disarankan  bahwa  sekolah dan  guru harus  selektif terhadap  program pengajian pengkajian bahasa apa yang mereka beli, harus jelas bagaimana  materi  dapat  mengintensifkan  pembelajaran,  mengatur  materi, sesuai  untuk  peserta, dan  memantau pemanfaatan  makanya  siswa  dan  kemajuan  cak bagi  memastikan  bahwa bermanfaat  bagi  siswa (Hancock , 1985). Dengan  kata  lain  perangkat komputer  harus boleh  mengakomodasi pe-rangkat sabar yang dibutuhkan. Demikian  pula, perangkat lunak sekali lagi  harus bernuansa pen-bimbingan  karena  jika  software  yang   baik,  komputer jinjing  adalah  alat  pendidikan  yang  ki akbar, sebaliknya, ketika instrumen lunaknya buruk, komputer hanya berhabis  uang yang suntuk   dibutuhkan  untuk  pendidikan (Smith, 1983,  dikutip  n domestik  Hancock, 1985). Yang harus diperhatikan tentang radas lunak adalah kualitas indoktrinasi maupun nilai – nilai peda-gogis, kualitas pecah gawai kepala dingin itu sendiri ialah sekunder, radas keras (komputer dan aksesorisnya) bahkan lebih dibawah pentingnya (McShane, 1985).

Kesimpulan

Singkatnya, Pengajaran  berbantuan  komputer  tradisional, dengan  karakteristik  yang menarik  memotivasi dan berpusat  pada siswa, perlu  dipertimbangkan  untuk  implikasinya dalam indoktrinasi bahasa Inggris  di Indonesia dan benar-benar dapat diadopsi di kelas bawah Indo-nesia  dengan  sejumlah  adaptasi. Untuk  saat  ini,  Pencekokan pendoktrinan berbantuan komputer leluri-onal  sebagian  samudra  beradaptasi  karena  biayanya  yang  relatif  rendah  dan  risiko rendah yang   berbimbing   dengan  objek.  Sementara  Internet,  dengan   berbagai   layanan  nan menantang, membutuhkan penanganan yang makin hati – lever dan bisa diadaptasi untuk peng-tanzil bahasa Inggris di papan bawah Indonesia.

Referensi:

Carrier, M. 1997, ELT online: munculnya internet, ELT Journal, vol. 51, no. 3, hal 279-301.

Chang Li, R. & Hart, R. 1996, Apa yang bisa world wide web menawarkan ESL guru?, TESOL Journal, Winter.

Cook, V. 1991, Belajar Bahasa Kedua dan Pengajaran Bahasa, Edward Arnold.

Corbel, C. 1999, ESL Pengajaran di Lingkungan Hypermedia global, ACTA Background Paper No 4, November 1999.

Corbel, C. 1999, “Tugas seumpama Tamagotchi: ESL guru bekerja di mileu hypermedia muncul , Prospect, vol. 14, no. 3, hal 40-45.

Deakin University. 2000, Metodologi Pengajaran Bahasa B: Reader, Deakin University, Geelong, Vic.

Kementerian Agama, 1993, Garis Garis Raksasa Program Indoktrinasi (GBPP): Bahasa Inggris, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.

Kementerian Agama, 2006, Barometer Isi Bahasa Inggris, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, Jakarta.
Field, J. 1997, Catatan akan halnya mendengarkan: orisinalitas, Munsyi Inggris Maju, vol. 6, no. 3, hal 49-51.

Hancock, J. 1985, Komputer untuk Belajar di Anderson, J. (Ed.), Komputer di Papan bawah Bahasa, Australia Reading Association, Perth.

McShane, R. 1985, Computer Software dan Pengembangan Bahasa, di Anderson, J. (Ed.), Komputer di Kelas bawah Bahasa, Australia Reading Association, Perth.

Schmitt, N. & Carter, R. 2000, “Keuntungan leksikal mengaji sempit bakal pelajar bahasa kedua , TESOL Journal, vol. 9, no.1, hlm 5-7.

Turner, L. 2000, Metodologi Indoktrinasi Bahasa B: Study Guide, Deakin University, Geelong, Vic.

Warschauer, M. 1995, E-Mail for English Teaching, TESOL Inc, Alexandria, Virginia

____________________________________
* Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan

Source: https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/alat-belajar-berbantuan-dalam-pengajaran-bahasa-inggris